analisisfaktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan padi di provinsi jawa barat . skripsi . diajukan kepada fakultas ekonomi. dan bisnis islam universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta . sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu dalam ilmu ekonomi islam . oleh: muhammad jundi fauzan . nim. 13810153

A. adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, sunah-sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditegakkan dan terjaga dari kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang taat dan karena itu, setiap orang tua muslim harus memperhatikan kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari kemungkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah serta mengikuti jejak para salafush-shalih. B. merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Bagaimanakah keadaan mereka? Apakah memiliki komitmen terhadap aqidah yang lurus? Ataukah sebagai pengekor budaya dan pemikiran barat yang rusak? Ataukah para pengajar memiliki pemikiran dan keyakinan yang dibangun berdasarkan nilai agama? Ataukah hanya sekedar pengajar yang menebarkan racun pemikiran dan budaya busuk, sehingga menghancurkan anak-anak kita?Seorang pengajar adalah merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru, sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn agama yang Shahîh sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak tidak kalah penting, dalam membentuk kepribadian anak di sekolah, adalah kurikulum pendidikan. Apakah kurikulum tersebut berasal dari manhaj Islam, sehingga dapat mendukung untuk menegakkan ajaran Allah, sunnah Rasul dan ajaran Salafus-Shalih? Ataukah hanya sekedar menegakkan nilai dan wawasan kebangsaan, semangat nasionalisme dan kesukuan? C. Media Elektronik dan media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian anak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua media ini, maka tidak jarang anak-anak akan tumbuh menjadi anak sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media Radio dan TelevisiDunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam chenel TV. Sarana-sarana informasi, baik melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang sangat berbahaya dalam merusak pendidikan sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media itu juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal para musuh Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan kepribadian islami pada generasi muda, karena para musuh selalu membuat rencana dan strategi untuk menghancurkan para pemuda Islam, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. AnalisisFaktor - Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Audit Internal : Peran Penting Dukungan Manajemen (Leardo Arles, Rita Anugrah& Andreas) Nilai komunality direkomendasikan 0.50 (Forner, Lacker, dalam Imam Latan, 2012) dengan perhitungan sebagai berikut : = 0.10 = 0.25 = 0.36 Dari tabel 2 menunjukkan nilai Goodness of Fit menunjukkan
Related PapersThis research has two objectives First, to determine differences in student existential belief between students coming from high school and Madrasah Aliyah. Second, to determine differences in student existential belief according to educational level of parents of students. The hypothesis of this study First, there is no differences in student existential belief between students coming from high school General and Madrasah Aliyah MA. Second, there is no differences in student existential belief overview on parent education students are low, medium and high. The respondent in this study is students of PGRA class 2013/2014 and 2014/2015 totaling 126 students. Data collection tools that are used include belief scale questionnaires adapted from C. Asri Budiningsih, Parent Education Level questionnaires, and documents. comparison test results using analysis of variance ANOVA two lanes obtained the values of F 0,034 for the first hypothesis, and the value of F for the second hypothesis. based on the results of statistical tests can be concluded first, there is no difference in existential belief between students from high school SMA / SMK and Madrasah Aliyah MA. Secondly, there is no difference in the existential belief that the student has a parent father with a higher education level, medium and study has two objectives first, to determine differences in moral reasoning of students from Madrasah Aliyah and high school. Second, to determine differences in moral reasoning of students in terms of educational level of the parents of students. The research hypotheses were proposed first, there was no difference in moral reasoning of students among students from Madrasah Aliyah MA and General high school. Secondly, there is no difference in moral reasoning of students of education of parents of students were low, medium and high. Respondents in this study were students of class PGRA 2013/2014 with 45 students. Data collection tools used include questionnaire scale Kohlberg, Parent Education Level questionnaire, and documents. From the results of a comparative test by using analysis of variance ANOVA two paths obtained F value to hipoesis first, and F value 0,037 for the second hypothesis. With the statistical result can be concluded first, there is no difference between the moral reasoning of students from Madrasah Aliyah MA and public schools SMA / SMK. Secondly, there was no difference in moral reasoning of students who have parents father with a higher education level, medium and merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta didik. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Setiap peserta didik bersifat khas dan unik karena setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam pendidikan dan pembelajaran diperlukan suatu pengetahuan akan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Dimana aspek-aspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan moral, perkembangan spiritual atau kesadaran beragama dal lain sebagainya. Setiap aspek-aspek tersebut dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu dalam memahami cara belajar dan tentunya sikap maupun tingkah laku peserta didik. Selain itu, aspek pembelajaran yang diberikan kepada para peserta didik juga berupa pendidikan moral dan spirituall untuk membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan bangsa yang dituliskan pada tujuan pendidikan bangsa Indonesia."Abstract The aim of this research was to find out 1 the category of worship performing autonomy 2 the difference of worship performing autonomy based on gender and previous school of student; 3 the correlation between age and the degree of worship performing autonomy The data are collected using questionnaire were involved 100 SMA UII student. The mutli stage sampling that is quota stratified proportional random sampling was used as the sampling technique. Desciptif statistic, T test, product moment correlation from Pearson and Two ways the analaysis of variance are used as the data analysis technique through SPSS for windows program The result of the several analysis towards the data yields several conclusions 1 most of the SMA UII student were in businessman category of worship performing; 2 there is no difference autonomy of worship performing student based on gender and previous school of SMA UII student; 3 there is no correlation of worship performing between ages and the degree of worship performing category Keywords Autonomy, Worship Performing, Religion Education"
Daftar Isi1 Islam2 Iman3 Ihsan4 Hubungan antara iman islam & ihsan Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia datang kpd Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam & para shahabat utk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran agama, yaitu Islam, Iman & Ihsan. (Hadis Riwayat: Muslim). Hadits tersebut kemudian dikenal dgn Hadits Jibril, sebuah hadits yg dipandang oleh […] Iman itu bisa naik dan juga bisa turun. Apa saja yang menyebabkan fluktuasi keimanan? Simak pembahasannya di artikel bertambahnya keimananPertamaKeduaKetigaKeempatSebab-sebab berkurangnya keimananPertamaKeduaKetigaKeempatSebab-sebab bertambahnya keimananDi antara hal-hal yang akan menumbuhsuburkan keimanan dan membuat batangnya kokoh serta menyebabkan tunas-tunasnya bersemi adalah PertamaMengenali nama-nama dan sifat-sifat Allah, karena apabila pengetahuan hamba terhadap Tuhannya semakin dalam dan berhasil membuahkan berbagai konsekuensi yang diharapkan maka pastilah keimanan, rasa cinta dan pengagungan dirinya kepada Allah juga akan semakin meningkat dan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun ayat syar’iyah. Karena apabila seorang hamba terus menerus memperhatikan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah beserta kemahakuasaan-Nya dan hikmah-Nya yang sangat elok itu maka tidak syak lagi niscaya keimanan dan keyakinannya akan semakin bertambah berbuat ketaatan demi mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Karena sesungguhnya pasang surut keimanan itu juga tergantung pada kebaikan, jenis dan jumlah amalan. Apabila suatu amal memiliki nilai lebih baik di sisi Allah maka peningkatan iman yang dihasilkan darinya juga akan semakin besar. Sedangkan standar kebaikan amal itu diukur dengan keikhlasan dan konsistensi untuk mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa dilihat dari sisi jenis amalan, maka amal itu terbagi menjadi amal yang wajib dan amal sunnah. Sedangkan amal wajib tentu lebih utama daripada amal sunnah apabil ditinjau dari jenisnya. Begitu pula ada sebagian amal ketaatan lebih ditekankan daripada amal yang lainnya. Sehingga apabila suatu ketaatan termasuk jenis ketaatan yang lebih utama maka niscaya pertambahan iman yang diperoleh darinya juga semakin pula iman akan mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah/kuantitas amalan. Karena amal itu adalah bagian dari iman maka bertambahnya amal tentu saja akan berakibat bertambahnya kemaksiatan karena merasa takut kepada Allah azza wa jalla. Apabila keinginan dan faktor pendukung untuk melakukan suatu perbuatan atau ucapan maksiat semakin kuat pada diri seseorang maka meninggalkannya ketika itu akan memiliki dampak yang sangat besar dalam memperkuat dan meningkatkan kualitas iman di dalam dirinya. Karena kemampuannya untuk meninggalkan maksiat itu menunjukkan kekuatan iman serta ketegaran hatinya untuk tetap mengedepankan apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya daripada keinginan hawa nafsunya. disadur dari Fathu Rabbil Bariyah, hal. 104-105Sebab-sebab berkurangnya keimananDi antara sebab-sebab yang bisa menyebabkan keimanan seorang hamba menjadi turun dan surut atau bahkan menjadi hilang dan lenyap adalah sebagai berikut PertamaBodoh tentang Allah ta’ala, tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat-NyaKeduaLalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama, tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukum-Nya, baik yang bersifat kauni maupun syar’i. Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur atau mengutarakan ucapan maksiat. Oleh karena itulah iman akan turun, melemah dan surut sebanding dengan tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar daripada akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan lebih banyak berkurang dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah apabila seorang hamba yang bermaksiat menyimpan perasaan meremehkan atau menyepelekan dosa di dalam hatinya serta diiringi rasa takut kepada Allah yang sangat minim maka tentu saja pengurangan dan keruntuhan iman yang ditimbulkan juga semakin besar dan semakin berbahaya apabila dibandingkan dengan maksiat yang dilakukan oleh orang yang masih menyimpan rasa takut kepada Allah tetapi tidak mampu menguasai diri untuk tidak melakukan apabila dilihat dari sisi kekuatan faktor pendorong yang dimiliki orang maka penyusutan iman yang terjadipun berbeda. Apabila suatu maksiat terjadi pada diri orang yang faktor pendorongnya semakin lemah atau semakin kecil maka penurunan iman yang ditimbulkannya juga akan semakin besar, semakin parah dan lebih tercela daripada orang yang bermaksiat tapi memang padanya terdapat faktor pendorong yang lebih kuat dan lebih sebab itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits, “Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat.” Dan di antara mereka itu adalah orang tua beruban yang berzina dan orang miskin yang ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan maupun amalan fisik. Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan juga semakin nilai suatu ketaatan semakin penting dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi ada yang menyebabkan hukuman atau siksa yaitu apabila yang ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti meninggalkan kewajiban karena udzur syar’i berdasarkan ketentuan agama atau hissi berdasarkan sebab yang terindera, atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/ untuk orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar’i atau hissi adalah perempuan yang tidak shalat karena contoh orang yang meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha disadur dari Fathu Rabbil Bariyah, hal. 105-106Baca juga Mengenal Dasar-dasar Keimanan—Penulis Abu Mushlih Ari WahyudiArtikel Dalam konteks agama, iman merujuk pada keyakinan seseorang terhadap keberadaan Tuhan dan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Aspek-aspek Iman. Iman memiliki beberapa aspek yang perlu dipahami oleh setiap orang yang ingin memperkuat keyakinannya terhadap Tuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain: Iman kepada Allah sebagai pencipta alam semesta  Vstory Agama Jumat, 11 Oktober 2019 - 1122 WIB VIVA – Iman didefinisikan sebagai aqdun fi al-qalb, iqrarar bi al-lisan wa`amal bi al-arkan, yaitu meyakinkan dalam hati, mengakui dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Berdasarkan definisi ini, maka perbuatan dosa seperti mencuri, berzina, atau merampas milik orang lain dan minum khamr yang memabukkan merupakan perbuatan yang menyebabkan keluar dari rasa keimanan. Hakikat keimanan, asasnya, dan pokoknya, apabila telah teguh di dalam hati seseorang tidaklah bertambah maupun berkurang. Akan tetapi derajat keimanan seseorang dapat bertambah dengan bertambahnya ketaatan dan dapat berkurang dengan berkurangnya ketaatan. Karena seluruh ketaatan adalah keimanan. Tiap-tiap sesuatu yang mungkin bertambah, niscaya ada kemungkinan pula berkurang. Yang menjadi pembahasan di sini ialah mengenai hadis yang menjelaskan tentang fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan. Fluktuasi iman adalah keadaan naik turunnya kondisi iman seseorang. Karena seseorang bisa berubah. Terkadang seseorang berada di puncak imannya, yaitu mereka dalam keadaan semangat dalam melakukan suatu ibadah. Tapi juga membahas tentang suatu kondisi, di mana iman lagi masa-masa di bawah. Bahkan untuk mengerjakan suatu ibadah itu terasa sangat malas. Ada beberapa ayat Alquran Al-Karim yang jadi bukti bahwa iman itu bisa bertambah dan polemik di antara ulama tentang bisa bertambah tidaknya iman seseorang. Kelompok pertama kaum Muslimin berkata bahwa iman dapat bertambah atau berkurang. Ini adalah pendapat mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara mereka ada Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang berkata, “Iman adalah ucapan dan tindakan, bisa bertambah dan berkurang.” Abu al-Hasan al-Asy’ari, al-Ibânah, halaman 27Dasar bagi pendapat pertama ini adalah banyak ayat atau hadis yang menyatakan bahwa keimanan memang bisa bertambah dan berkurang, misalnya, “Supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” QS. Al-Mudatsir 31“Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangkamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” QS. Ali Imran 173 Halaman Selanjutnya Adapun kelompok kedua kaum Muslimin, mereka berkata bahwa keimanan sama sekali tidak bisa bertambah. Mereka adalah sebagian ahli fikih dan banyak ahli kalam. Di antara mereka ada Imam Abu Hanifah yang berkata, “Iman adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dalam hati. Pengakuan dengan lisan saja tak cukup menjadi iman sebab bila pengakuan saja tentu semua orang munafik yang berpura-pura Islam padahal tidak akan dianggap beriman. Iman tidaklah bertambah dan berkurang.” Abu Hanifah, Matn al-Washiyyah, halaman 1. Disclaimer Artikel ini adalah kiriman dari pengguna yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content UGC. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih prodi pendidikan IPS UIN Malang terdiri 2 faktor 4 komponen yaitu faktor internal terdiri minat dengan hasil presentase 28%, dan motivasi 16% sedangkan faktor eksternal terdiri dukungan orang tua 26% dan Akreditasi prodi 21%, Maka dapat disimpulkan
Iman seorang mukmin bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Ada beberapa hal yang bisa merusak iman seseorang, baik menyebabkan berkurang atau bahkan membatalkan iman. Berikut akan disebutkan hal-hal yang bisa merusak iman, baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Pada kesempatan ini akan dijelaskan telebih dahulu mengenai faktor-faktor internal perusak pertama, kebodohanFaktor kedua, lalaiFaktor ketiga, berpaling dari kebenaranFaktor pertama, kebodohanFaktor internal yang pertama adalah al-jahl الجهل yaitu bodoh karena tidak berilmu. Kebodohan merupakan faktor internal paling utama yang akan merusak iman seseorang. Bodoh adalah lawan dari ilmu. Sebagaimana halnya ilmu akan menambah iman dan memperkokoh keimanan seseorang, maka kebodohan berupa ketiadaan ilmu akan menyebabkan lemahnya iman. Oleh karena itu, para nabi menjelaskan kepada kaumnya dalam banyak ayat bahwa sebab mereka terjerumus dalam perbuatan syirik dan maksiat adalah karena kebodohan. Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Nabi Musa,قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ“Bani lsrail berkata, Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah Tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan berhala.’ Musa menjawab, Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh tidak mengetahui’” QS. Al-A’raf 138.Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Nabi Luth,وَلُوطاً إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاء بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ“Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkannya? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk memenuhi nafsu mu, bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang bodoh tidak mengetahui akibat perbuatanmu’” QS. An-Naml 54-55.Baca Juga Bagaimanakah Petunjuk Islam tentang Mimpi? Bag. 1Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim Alaihis salam,قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ“Katakanlah, Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang bodoh?’” QS. Az-Zumar 64.Allah Ta’ala berfirman,وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” QS. Al-Ahzab 33.Masih banyak ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di adalah induk berbagai macam penyakit dan sumber musibah. Ketika seseorang bodoh tentang agama Allah dan tentang hal-hal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, maka akan muncul darinya perbuatan maksiat dan menyimpang dari agama Allah. Allah Ta’ala berfirman,إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَـئِكَ يَتُوبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan/kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” QS. An-Nisa 17.Kebodohan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kebodohan pelaku maksiat terhadap dampak maksiat – yaitu akan menyebabkan murka Allah dan datangnya azab – sehingga dengan mudahnya dia tenggelam dan bergelimang dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, setiap yang bermaksiat kepada Allah, sejatinya dia berada dalam keadaan bodoh terhadap dampak maksiat berupa kebinasaan di dunia dan kedua, lalaiFaktor internal yang kedua yaitu al-ghafla الغفلة yang berarti lalai. Apabila seorang hamba lalai tentang tujuan untuk apa dia diciptakan, maka imannya pun akan melemah. Allah Ta’ala mencela sifat lalai dalam kitab-Nya, dan memperingatkan dengan keras kepada orang-orang yang lalai. Allah Ta’ala menerangkan dalam Al Qur’an bahwasanya hal tersebut merupakan sifat orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ“Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lalai/lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” QS. Yunus 92.Allah Ta’ala juga berfirman,يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ“Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai” QS. Ar-Rum 7.Sifat lalai merupakan penyakit berbahaya yang menimpa seseorang dan akan menjauhkannya dari mengingat Allah dan melaksanakan Juga Iman Itu Bertambah dan BerkurangFaktor ketiga, berpaling dari kebenaranFaktor internal yang ketiga adalah al-a’radh الأعراض yang maknanya berpaling. Allah Ta’ala berfirman,وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa” QS. As-Sajdah 22.Berpaling dari perintah Allah Ta’ala adalah sifat orang-orang yang ingkar yang Allah murkai. Tidak selayaknya seorang hamba ketika mendengar kalam Allah atau mendengar hadis nabi berpaling darinya. Kewajibannya adalah menerimanya dengan menaati perintah dan sahih dari Abu Waaqid al Laitsi Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah duduk di masjid bersama para sahabat, kemudian datang kepada mereka tiga orang. Dua orang mendatangi Rasulullah dan satu orang lagi pergi. Keduanya tetap berada di hadapan Rasul. Orang pertama melihat ada celah kosong di majelis dan dia segera duduk. Orang yang kedua memilih duduk di belakangnya. Adapun orang yang ketiga pergi keluar. Ketika telah selesai, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,ألا أخبركم عن النفر الثلاثة‏‏ أما أحدهم، فأوى إلى الله، فآواه الله ، وأما الآخر فاستحيى فاستحيى الله منه، وأما الآخر، فأعرض، فأعرض الله عنه‏“Maukah kuberitahu tentang tiga orang tadi ? Adapun yang pertama dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Adapun orang yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang ketiga, dia berpaling, maka Allah pun berpaling darinya” HR. Bukhari dan Muslim.Demikianlah di antara faktor-faktor internal yang bisa merusak iman seseorang. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari perkara-perkara yang bisa merusak Juga[Bersambung]***Penulis Adika MianokiArtikel Tajdiidul Iman karya Syekh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdil Mushin al-Badr Hafidzahullah.
2.4.1 Baka. Faktor baka akan mempengaruhi sahsiah secara langsung . Kesemua unsur ini akan mempengaruhi sahsiah individu. a. Saiz badan. Saiz badan akan menentukan kesesuaian seseorang melakukan. sesuatu aktiviti. Kebolehan melakukan sesuatu aktiviti akan meningkatkan nilai prestij yang tinggi untuk dirinya. Ini menyebabkan seorang itu diminati

MATERI V KOKOH DAN GOYAHNYA IMAN Materi ke 5 adalah, Faktor yang Mempengaruhi Kokoh dan Goyahnya Iman Keyakinan/Iman kepada Tuhan dalam diri seseorang bersifat nisbi/berubah-ubah/tidak tetap, ada yang bertambah kokoh dan kadang berkurang menjadi lemah. Kuat dan lemahnya iman seseorang dipengaruhi oleh banyak factor, baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun yang datang dari luar diri sendiri. Bila kita mengetahui iman dapat bertambah dan berkurang maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar bertambah sempurna dan kuat imannya. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akherat. Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa seorang hamba yang mendapatkan taufiq dari Allah Ta’ala selalu berusaha melakukan dua perkara 1. Merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-sama. 2. Berusaha menolak semua yang menentang dan menghapus iman atau menguranginya dari fitnah-fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha serta mengetahui satu perkara sebelum hilang sebab bertambah dan berkurangnya iman. Mewujudkan iman dan mengokohkannya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab bertambahnya iman dan melaksanakannya. Sedangkan berusaha menolak semua yang menghapus dan menentangnya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab berkurangnya iman dan berhati-hati dari terjerumus di dalamnya.

Penyebab Berkurangnya Iman. Sebab-sebab berkurangnya iman ada yang berasal dari dalam dan dari luar diri manusia. sendiri. 1. Kejahilan/kebodohan tentang ilmu agama. Sebagaimana ilmu adalah faktor bertambahnya iman, maka demikian juga sebaliknya, kejahilan. adalah faktor utama lemahnya iman. Jika ilmu adalah sumber segala kebaikan maka demikian

Keteladanan iman dari orang tua sangatlah berdampak bagi keteguhan iman anak ketika mereka dewasa. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini untuk menolong para orang tua bisa mengimplementasikan keteladanan imannya secara efektif. Untuk itu, maka peneliti meneliti keteladanan tokoh Ayub dan Yusuf dalam memberi teladan imannya saat mereka dalam kondisi terpuruk. Sehingga keteladan mereka bisa dijadikan acuan bagi para orang tua Kristen khususnya. Selain keteladanan iman tokoh-tokoh Alkitab, maka penulis pun meneliti psikologi perkembangan anak. Hal ini dimaksukan untuk menolong para orang tua agar bisa memberikan keteladan imannya sesuai dengan perkembangan anak mereka sehingga keteladanannya menjadi efektif dan berdampak signifikan. Penelitian ini pun memberi pengetahuan bagaimana orang tua mengimplementasikan keteladanannya tersebut secara holistik berdasarkan pengetahuan Alkitab dan juga psikologi perkembangan anak. Sehingga diketahui cara-cara yang tepat bagi orang tua dalam memberi keteladanan iman kepada kunci anak; iman; keteladanan; orang tua Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Davar Jurnal Teologi ISSN 2722-905X online, 2722-9041 print Vol. 2, No. 1 2021 30–42 Membangun Iman Anak Melalui Keteladanan Orang Tua Ditinjau Dari Persfektif Alkitab dan Perkembangan Anak Eugene Zen, Yanto Paulus Hermanto Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung Email eugene_zen yantopaulush Abstract Exemplary faith from parents is very influential for the firmness of faith of children when they grow up. Therefore, the aim of this research is to help parents implement their faith example effectively. For this reason, researchers examined the exemplary figures of Ayub and Yusuf in giving examples of their faith when they were in a downturn. So that their example can be used as a reference for Christian parents in particular. Apart from exemplary faiths of Bible characters, the author also examines the psychology of child development. This is intended to help parents to be able to exemplify their faith in accordance with their child's development so that their example becomes effective and has a significant impact. This research also provides knowledge on how parents can implement their example holistically based on Bible knowledge and children's developmental psychology. So that it is known the proper ways for parents in giving examples of faith to their children. Key words children; faith; exemplary; parents Abstrak Keteladanan iman dari orang tua sangatlah berdampak bagi keteguhan iman anak ketika mereka dewasa. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini untuk menolong para orang tua bisa mengimplementasikan keteladanan imannya secara efektif. Untuk itu, maka peneliti meneliti keteladanan tokoh Ayub dan Yusuf dalam memberi teladan imannya saat mereka dalam kondisi terpuruk. Sehingga keteladan mereka bisa dijadikan acuan bagi para orang tua Kristen khususnya. Selain keteladanan iman tokoh-tokoh Alkitab, maka penulis pun meneliti psikologi perkembangan anak. Hal ini dimaksukan untuk menolong para orang tua agar bisa memberikan keteladan imannya sesuai dengan perkembangan anak mereka sehingga keteladanannya menjadi efektif dan berdampak signifikan. Penelitian ini pun memberi pengetahuan bagaimana orang tua mengimplementasikan keteladanannya tersebut secara holistik berdasarkan pengetahuan Alkitab dan juga psikologi perkembangan anak. Sehingga diketahui cara-cara yang tepat bagi orang tua dalam memberi keteladanan iman kepada anak-anaknya. Kata kunci anak; iman; keteladanan; orang tua Pendahuluan Orang tua adalah orang yang pertama kali dilihat oleh anak-anaknya sewaktu mereka dilahirkan. Terlihat jelas bahwa peranan orang tua untuk pertumbuhan iman anak- 31 anak sangat besar dampaknya karena pendidikan pertama yang mereka dapatkan yaitu dari orang tuanya. Banyak dari masyarakat berasumsi bahwa membesarkan anak hanyalah dengan sekedar memberikan makanan yang sehat dan pendidikan yang bagus. Padahal membesarkan anak-anak bukan sekedar memberi makan saja agar anak menjadi besar dan sehat akan tetapi juga harus memberikan fondasi pelajaran iman yang kuat bagi anak-anak tersebut sehingga mereka siap untuk menghadapi kehidupan realitas di dunia ini yang penuh dengan tantangan dan masalah. Jika fondasi iman yaitu nilai-nilai kekristenan mereka tidak kuat, maka ketika mereka bertumbuh dewasa, iman mereka akan rapuh, mudah goyah dan lebih gampang untuk kompromi dengan ajaran duniawi dan dosa. Anak-anak pada usia kecil sangat mendambakan perhatian dari orang tuanya untuk memperoleh kasih sayang, perhatian, pendidikan dan perlindungan. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang paling utama dalam membentuk perilaku dan kepribadian anak-anak serta memberi contoh yang nyata kepada demikian, seringkali orang tua Kristen tidak menyadari betapa pentingnya memberi teladan iman dari sejak mereka masih kecil. Dengan memberi teladan yang baik terhadap anak-anak sejak dini. Dan itu akan menentukan karakter anak dikemudian hari, dan akan berakibat pada sikap hormat anak terhadap orang lain yang menjadikan anak tidak memiliki figur yang menjadi panutan adalah karena semenjak lahir mereka sudah diasuh dan dirawat oleh baby sitter atau pembantu rumah tangga. Dengan demikian, ketika mereka bayi hingga sebelum masuk sekolah, mereka lebih banyak bermain, berkomunikasi dan bercengkerama dengan baby sitter atau pembantu rumah tangga ketimbang orang tuanya. Padahal peranan orang tua sangat penting dalam mendidik anak-anak sejak dini karena sebagai orang tua harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Orang tua sudah layak dan patut untuk menjadi panutan dan model yang selalu ditiru dan dicontoh anaknya sejak yang diperagakan sehari-hari oleh orang tua menjadi contoh yang dapat diingat cukup lama oleh anak. Sewaktu orang tua dalam masalah dan kesulitan, anak akan melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Bila orang tua menghadapinya dengan kekerasan, marah-marah, stress, pertikaian, dan emosi yang berlebihan, maka itu akan menjadi pola yang dilakukan anak ketika menghadapi hal yang sama di kemudian Heri Saputro and Yuventri Otnial Talan, “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Prasekolah,” Journal Of Nursing Practice 1, no. 1 October 1, 2017 1–8, Ruat Diana, “Prinsip Teologi Kristen Pendidikan Orang Tua Terhadap Anak Di Era Revolusi Industri BIA’ Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 June 2019 27–39, accessed July 19, 2019, Yanto Paulus Hermanto et al., “Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab,” Evangelikal Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 5, no. 1 January 30, 2021 80, 32 hari. Namun kebalikannya, jika orang tua menghadapinya dengan tenang, berdoa, dan melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan di masa sulit tersebut, maka anak pun akan mencontoh hal yang penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimana keteladanan iman orang tua dalam masa sulit buat anak-anaknya? Masalah penelitian ini unik, karena berbeda dengan karya tulis ilmiah lainnya yang lebih menekankan pada bagaimana didikan orang tua pada anak-anaknya, atau metode didikan yang seharusnya. Tujuan penelitian ini memungkinkan para orang tua memiliki wawasan yang lebih luas mengenai keteladanan yang bagaimana yang harus ditampilkan orang tua terhadap anaknya, khususnya mengenai iman mereka kepada Tuhan di masa-masa sulit. Metode Untuk menjawab rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penulis mengkaji buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan keteladanan iman, juga contoh-contoh keteladanan iman dari tokoh yang ada di Alkitab terutama Ayub dan Yusuf. Juga penulis meneliti psikologi perkembangan anak, sehingga dapat dipahami dengan baik bagaimana keteladanan iman orang tua dikaitkan dengan perkembangan anak itu sendiri. Penulis menyusunnya menjadi karya ilmiah yang sistematik dan saling berkaitan satu bagian dengan bagian lainnya. Sehingga menjadi suatu kajian diskriptif yang logis dan terdiri dari fakta-fakta hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan kesesuaian dengan jawaban atas masalah penelitian ini. Sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan yang utuh baik dari hasil analisis Alkitab maupun dari penelitian ilmu sosial lainnya. Hasil dan Pembahasan Keteladanan orang tua merupakan kunci bagi pertumbuhan iman seorang anak. Keteladanan harus ditampilkan bukan hanya pada waktu keadaan semua baik dan lancar, namun saat yang tidak baik bahkan pada masa sulit. Keteladanan orang tua harus selaras dengan Alkitab, sesuai dengan tingkat pemahaman dan psikologi anak, serta cara-cara dalam menyampaikan keteladanannya tersebut. Semuanya harus menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga anak mengingat dan meniru ketika mereka menghadapi masalah dan kesulitan yang mirip sama dengan yang pernah dihadapi orang tuannya. Keteladanan Iman Berdasar Alkitab Iman itu adalah dasar dari segala apapun yang diharapkan dan bukti dari segala apapun yang belum dilihat Ibrani 111. Jadi iman itu adalah tanda terima yang sah Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari, “Rogram Parenting Untuk Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Keterlibatan Orang Tua Di PAUD,” Pratama Widya Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 1 August 31, 2019 8, 33 walaupun belum melihatnya. Kata “Iman” ini sendiri berasal dari bahasa Ibrani yaitu “Emun” yang artinya kesetiaan dan kata “Batakh” yang berarti percaya. Jika dilihat dalam bahasa Yunani, kata iman itu berasal dari kata “Pistis” dalam kata benda yang berarti percaya, yakin dan iman, kata “Pisteou” dalam kata benda yang berarti meyakini, percaya dan mengimani. Di dalam bahasa inggris sendiri mempunyai pengertian yang sama dengan bahasa Ibrani dan Yunani yaitu “Faith” yang berarti kepercayaan dan keyakinan. Sebagai orang Kristen, imannya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus, yakin atas janji-janji Tuhan, percaya pada kesetiaan Tuhan, dan sepenuhnya mengandalkan Tuhan dalam setiap apapun yang akan dilakukannya. Hal ini dapat dipelajari dari beberapa tokoh dalam Alkitab yang mempunyai iman yang kuat. Contoh Ayub dan Yusuf. Dalam Perjanjian Lama ada seorang tokoh yang terkenal dengan iman kepercayaannya yakni bernama Ayub. Dia adalah orang yang benar dan saleh di hadapan Tuhan. Tuhan mengetahui bahwa iman Ayub kepada Tuhan sangat kuat. Dia juga adalah orang yang kaya dan bahagia kehidupannya sampai pada suatu saat Tuhan mengijinkan iblis mencobainya dengan penderitaan yang sangat berat. Dalam satu hari diaa kehilangan semua harta benda, anak-anaknya dan menjadi hidup miskin. Apa reaksi Ayub disaat dia kehilangan kekayaaan dan anak-anaknya? Dia tidak bersungut-sungut, kesal ataupun marah kepada Tuhan, tetapi reaksi Ayub justru memahami bahwa apa yang dimiliki adalah kepunyaan Tuhan dan wajar jika Tuhan mengambilnya Ayub 120. Iman seperti Ayub harus dipelajari karena dia dapat merelakan apa yang dia punya, bahkan disaat seperti itu pun dia masih punya pengharapan kepada Tuhan. Dia percaya Tuhan yang menjaga dan memeliharanya dalam setiap kesulitan yang dialami. Belum selesai dengan kehilangan harta dan anak-anaknya, maka Tuhan ijinkan Ayub mengalami penyakit kulit sehingga dia harus menggaruk dengan beling Ay. 28. Dalam hal ini, Ayub begitu menderita dengan penyakit kulit yang dideritanya, tetapi dia tetap tidak mau untuk menghujat dan meragukan Tuhan walaupun istrinya menyuruhnya untuk mengutuki dan meragukan Tuhan Ayub 29.Apa respon Ayub terhadap situasi ini? Dia bisa saja menyerah, marah dan kesal terhadap Tuhan tetapi Ayub tetap memilih untuk tetap setia dan menyadari bahwa hidupnya adalah semata-mata anugerah dan kasih karunia Allah. Ayub menerima apapun baginya baik atau buruk. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Ayub ini adalah meskipun dia menderita sakit yang berat, hartanya habis, anak-anaknya mati, namun dia Hermanto Suanglangi, “Iman Kristen Dan Akal Budi,” Jurnal Jaffray 2, no. 2 April 2, 2005 43, Kalis Stevanus and Stefanus Marbun, “Memaknai Kisah Ayub Bagi Orang Kristen Dalam Menghadapi Penderitaan,” Logia 1, no. 1 2019 25–43, 34 tetap memiliki iman yang teguh. Dia tidak menghujat Allahnya, malahan dia tetap dapat meyakini kesetiaan Allah. Selain Ayub, maka pelajaran lain yang bisa dijadikan contoh adalah Yusuf. Yusuf adalah orang yang tekun dan sabar dalam penderitaan. Dia mengalami penderitaan yang bertubi-tubi dalam hidupnya. Pada waktu kecil dia punya kakak-kakak yang jahat dan iri terhadap dirinya. Kakaknya merencanakan pembunuhan terhadap dirinya. Namun demikian karena rencana Allah, Yusuf hanya dibuang ke sumur saja, dan kemudian dijual sebagai budak kepada orang-orang Ismaili Kejadian 371-36. Yusuf mengalami hal yang menyakitkan dari kakak-kakaknya yang seharusnya bertanggung jawab menjaga dan melindunginya. Begitu pula pada saat dia menjadi orang kepercayaan di rumah Potifar. Yusuf difitnah oleh istri potifar karena tidak mau berhubungan intim dengannya dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. Tetapi Yusuf tidak putus asa dan tetap percaya kepada Tuhan. Tuhan menyertai dan memberkatinya di dalam penjara sehingga akhirnya dia menjadi orang yang dikasihi dan menjadi orang kepercayaan dari kepala penjara. Karena penyertaan Tuhan, Yusuf akhirnya keluar dari penjara karena bisa menerjemahkan mimpi Firaun. Kemudian dia menjadi orang nomor dua di Mesir dan menyelamatkan Mesir dari bencana kelaparan bahkan semua wilayah di dunia ini termasuk wilayah Kanaan tempat sanak keluarganya Kejadian 4115. Dan ketika Yusuf berjumpa dengan Yakub dan saudara-saudaranya, Yusuf tidak membalas dendam tetapi dia justru menolong, menerima dan mengampuni saudara-saudaranya tersebut. Apa yang bisa dipelajari dari kisah Yusuf? Yusuf mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya, bahkan bertubi-tubi sejak dari dia masih muda. Tetapi dia merespon dengan baik dan bisa menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Dia tidak bersungut-sungut atau marah kepada Tuhan. Namun disaat seperti itu dia justru dapat menerima keadaannya. Dia tetap fokus pada tanggung jawab sebagai umat yang percaya kepada Tuhan. Dia menghadapinya dengan penuh kesabaran, jujur, rendah hati, penuh pengampunan dan tetap percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan memberkatinya. Hal ini tentu menjadi teladan yang sangat berharga bagi anak cucunya bahkan bagi seluruh umat Israel. Ayub dan Yusuf merupakan contoh yang baik sebagai orang tua yang memberikan teladan iman bagi anak-anaknya di masa sulit. Masa-masa yang sulit dan penderitaan yang dialami tidak membuat mereka meninggalkan imannya kepada Tuhan. Justru dalam kondisi yang mereka tidak harapkan, mereka tetap menaruh harap pada Tuhan dan terus melakukan sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Inilah pengertian iman yang ditampilkan oleh kedua tokoh tersebut. Meskipun pada saat terjadinya, mereka tidak melihat jalan keluar, tidak melihat kesembuhan, tidak melihat pertolongan, tidak melihat langsung campur tangan Tuhan atau tidak mengalami hal-hal yang baik, namun mereka tetap percaya dan terus berharap pada Tuhan. Inilah iman yang bisa menjadi teladan bagi anak-anak mereka. Dan iman yang seperti ini akan menjadi contoh yang nyata dan dapat 35 diingat terus sepanjang hidup daripada anak-anaknya. Demikian juga bagi para orang tua Kristen, kehidupan imannya dilihat dan diperhatikan oleh anak-anaknya. Orang tua menjadi surat yang terbuka dihadapan anak-anaknya, oleh sebab itu alangkah baiknya semua orang tua mawas diri dan sungguh-sungguh menjaga sikap imannya, sehingga tidak menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak mereka. Keteladanan Iman Berdasarkan Perkembangan Anak Peranan orang tua bagi pembentukan karakter, pola berpikir, kreativitas, moral, kebiasaan dan kerohanian anak-anaknya. Anak-anak pada masa ini cenderung sangat aktif dan selalu ingin tahu segala hal yang baru. Pembentukan pribadi yang baik perlu diajarkan mulai dari kecil sehingga dapat menghasilkan anak mempunyai watak dan tingkah laku yang baik menjelang pada saat kematangan kepribadiannya. Perkembangan anak menurut intelektual Piaget dibagi menjadi 4 tahapan yaitu Kesatu, Tahap Sensori motor 0-2 tahun. Pada Tahap ini, tingkah kelakuan anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaannya untuk mengenali lingkungan sekitarnya dan mengenal obyek. Kedua, Tahap Pra operasional 2-7 tahun. Pada Tahap ini, anak bisa melakukan sesuatu dengan hasil menirukan atau mengamati-ngamati sesuatu model tingkah laku dan mampu juga melakukan simbolisasi. Dalam tahap ini, maka orang tua sudah bisa memberikan keteladanan pada anak dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan firman Tuhan. Ketiga, Tahap konkret 7-11 tahun. Pada Tahap ini anak sudah mampu menggunakan cara-cara yang operasional. Pemikiran pada anak tidak lagi didominasikan oleh persepsi, sebab anak berkemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri secara logis. Pada tahap ini, maka orang tua harus bisa meyakinkan anak bahwa mereka bukan saja menggunaka akal tapi iman yang berdasar pada firman Allah. Keempat, Tahap operasi formal 11-dewasa. Periode tahap formal merupakan tingkat dari puncak perkembangan pada struktur kognitif, anak remaja sudah berkemampuan untuk berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, verbal, dan anak dapat menggunakan penalaran ilmiah dan juga dapat menerima sudut pandangan dari orang lain. Tahap ini orang tua harus menunjukkan hal-hal yang konkrit dari perbuatan imannya, sehingga anak-anak akan mengingatnya untuk jangka waktu lama dan diharapkan ketika mereka menghadapi hal yang sama, mereka akan menggunakan perbuatan iman yang sudah dilakukan orang adalah tahap perkembangan anak-anak menurut James W. Fowler Tahap pertama yaitu Primal Faith keyakinan Primal adalah anak-anak yang berumur 0-3 tahun, pada tahap ini anak-anak lebih kepada kepercayaan, cinta kasih dan perasaan aman. Jika anak tersebut merasa aman, dikasihi dan dicintai oleh orang tuanya maka akan Sartita Demianus, Demianus & Jufrianto, Juprianto & RJ, Nanang & Tonengan, Rapson & P, Perkembangan Cara Berpikir Anak Di Usia 2-7 Tahun Dengan Menebak Gambar Dan Ukuran Melalui Video Dengan Teori Kognitife, 2019, 36 mengembangkan rasa percaya kepada orang tuanya, alam semesta dan Tuhan. Jika anak menerima pengalaman negative, ini akan menyebabkan hilangnya kekercayaan terhadap orang tua, alam semesta dan ketuhanan. Dalam tahap ini orang tua harus berhati-hati sekali dalam bersikap dan berperilaku. Kuncinya kasih yang tulus dari orang tua harus dirasakan oleh anak-anaknya. Tahap kedua yaitu Intuitive Projective Faith keyakinan Proyektif Intuitif adalah anak-anak berumur 3-7 tahun, disini anak-anak telah belajar bahasa dan mampu untuk menggambarkan cerita yang diceritakan, gambar-gambar yang mereka lihat untuk membentuk konsep tentang Tuhan tetapi belum dikendalikan dengan pemikiran yang logis. Mereka sudah mulai mempunyai pengalaman emosional yang kuat dan melalui pengalaman baik atau buruk mereka dapat menghasilkan tentang hubungan sebab dan akibat. Tahap ini, orang tua harus mulai memperkenalkan Tuhan melalui wujud yang nyata dari orang tuanya. Misalnya orang tua memperagakan bagaimana mereka selalu berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa, sehingga akan melihat bahwa orang tua mereka meyakini adanya Tuhan dan mempraktekkan keyakinannnya tersebut secara nyata setiap hari. Begitu juga hal-hal lain yang menunjukkan imannya pada Tuhan, seperti membaca firman Tuhan, melakukan setiap firman yang dibacanya dan juga menunjukkan ibadah kepada Tuhan secara rutin ke gereja. Tahap ketiga yaitu Mythic Literal Faith Keyakinan Mistik Literal adalah anak-anak berumur 7-12 tahun, pada tahap ini anak-anak sudah mulai berkenalan dengan pemikiran logis-konkret dan mulai berkembang. Ini berarti mereka sudah mulai bisa memilah yang nyata dari khayalan, kenyataan dari khayalan. Tahap ketiga yaitu Synthetic Conventional Faith Keyakinan Konvensional Sintesis adalah anak-anak berumur 12 – 20 tahun, pada tahap ini anak-anak muncul kemampuan kognitif yang baru yaitu operasi-operasi informal, mereka sudah mulai dapat untuk mengambil alih pandangan pribadi orang lain menurut pola pengambilan perspektif antar pribadi secara timbal balik. Dalam tahap ini, keteladanan orang tua harus secara nyata dan dapat dipahami secara jelas oleh anak-anaknya. Oleh sebab itu setiap hal yang dilakukan harus memiliki dasar pemikiran yang logis dan tujuan yang jelas. Dari teori-teori diatas, ternyata anak berusia dini sudah mulai bisa mengenal iman. Hal ini berkaitan dengan orangtua atau siapa pun yang mengasuhnya dengan baik. Anak usia awal, dia sudah mempercayai pengasuhnya, dalam hal ini adalah orang tuanya. Dan berdasarkan teori ini anak terus berkembang dengan usia yang makin bertambah dewasa dan memiliki kemampuan berpikir berkaitan dengan pengenalannya akan Tuhan. Yunardi Kristian Zega, “Teori Perkembangan Iman Remaja Menurut James W. Fowler Dan Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Kristen,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio 12, no. 2 July 6, 2020 140–151, 37 Karena itu, maka keteladanan iman harus dilakukan di semua tahap perkembangan dengan Yang Mempengaruhi Perkembangan Iman Anak Anak-anak biasanya mudah sekali meniru perkataaan, perbuatan dan perilaku dari orangtua, teman, kakek, nenek dan orang-orang lain di lingkungan sekitarnya. Rosalind Lim-Tan dalam materi kuliah Together for Children untuk program Holistic Child Development menyatakan bahwa lingkaran paling dekat adalah lingkungan tempat dimana paling banyak interaksi dengan anak berlangsung. Lingkaran ini terdiri dari keluarga, teman, sekolah, komunitas terdekat, dan komunitas keagamaan tempat anak itu berada. Ini juga lingkaran tempat anak biasanya pertama kali diperkenalkan pada masalah iman dan di mana fondasi awal keyakinan atau ketidak percayaan diletakkan. Rumah dan komunitas iman memainkan peran utama dalam membentuk iman. Lingkaran ini yang paling berpengaruh dari semua lingkaran dan di mana perasaan anak itu merasa sangat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan iman anak antara lain Pertama, Peranan Orang tua. Pendidikan Iman dalam keluarga adalah suatu proses pendewasaan iman anak melalui kesaksian dan keteladanan orang tua. Pendidikan Iman dalam keluarga merupakan usaha orang tua dalam mendewasakan anaknya agar berkembang menjadi manusia yang utuh dan bertanggung jawab dalam kesatuan pribadi dengan Allah. Lingkungan keluarga sendiri adalah lingkungan yang sangat mempengaruhi iman anak. Anak-anak sangat melihat dari keseharian orang tua dalam menangani dan meresponi masalah-masalah yang terjadi di dalam rumah tangga, pekerjaan, perbedaan pendapat antara ayah dan ibu dan kehidupan sehari-hari. Pada masa sekarang ini, tidak bisa dipungkiri peran orang tua mulai melemah karena orang tua mempunyai pekerjaan dan kesibukannya masing-masing sehingga banyak menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada pengasuh atau asisten rumah tangga akan tetapi orang tua bisa membagi waktu dengan baik seperti pada waktu setelah pulang kerja dan akhir pekan harus meluangkan banyak waktu untuk bermain dan berbicara dengan Marsunu mengutip sebuah cerita yang di dalam Talmud mengenai seorang laki-laki yang menanam pohon yang akan berbuah dalam waktu tujuh puluh tahun lagi. Ketika dia ditanya apakah dia nanti bakalan masih hidup atau tidak pada saat pohon Rosalind Lim-Tan, “Catatan Kuliah Together for Children Together for Children Training for Trainers Module 1,” 2011, 58. Yanto Paulus Hermanto, “Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kerohanian Anak Berdasarkan Prinsip Alkitab,” Mathetheou 1, no. 1 2021 11–19. Katarina Da Duka, “Hubungan Pendidikan Iman Dalam Keluarga Kristiani Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa/Siswi SMP Santo Fransiskus Assisi Samarinda,” 2009. Hermanto et al., “Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab.” 38 tersebut berbuah. Kemudian dia menjawab, bahwa ia melakukan hal yang sama persis dengan yang sudah dilakukan oleh para nenek moyangnya. Sebagaimana mereka menanam pohon supaya anak-anak mereka dapat memakan buahnya, maka dia pun menanam pohon ini supaya anak-anaknya dapat memakan buahnya di waktu Marsunu menyampaikan cerita tersebut agar sebagai orang tua bertanggung jawab untuk menanamkan dan membimbing anak-anak mereka. Orang tua harus bertanggung jawab untuk memberi contoh perbuatan iman sehingga anak-anak mereka memiliki iman yang teguh dan diteruskan kepada anak-anak mereka yang berikutnya. Sebagai pertimbangn lain, maka keteladanan iman orang tua haruslah disesuaikan dengan perkembangan anak yang bersangkutan. Keteladanan yang demikian akan efektif dan akan membekas dalam ingatan anak. Sehingga dengan demikian anak akan meneladani iman orang tuanya sampai mereka dewasa. Kedua, Pengaruh Keluarga dekat di luar orang tua. Kakek, nenek dan saudara-saudara adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan iman anak. Kadang kakek dan nenek lebih memanjakan dan mudah untuk memberikan apa saja yang cucunya inginkan sehingga kadang kala bisa menghambat pengajaran yang telah disampaikan oleh orang tuanya. Terutama ketika kedua orang tua anak tersebut bekerja dan menyerahkan anak tersebut kepada kakek dan neneknya. Dengan demikian anak-anak tersebut akan dipengaruhi juga dengan keteladanan iman dari kakek dan neneknya. Tentu selain kakek nenek, orang-orang yang ada dalam rumah, yang sering berinteraksi dengan anaknya akan menjadi faktor penentu dalam keteladanan iman yang akan dicontoh anak tersebut. Dengan demikian sebaiknya setiap orang tua harus mengetahui apa yang menjadi iman atau kepercayaan orang-orang yang akan mempengaruhi anak-anaknya. Sehingga keteladanan iman orang tua akan bisa meng-counter kemungkinan-kemungkinan penyimpangan iman dari anaknya karena pengaruh dari lingkuangannya tersebut. Ketiga, Lingkungan sekitar Sekolah, teman dan tetangga. Pada fase anak besar, seorang anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Disanalah tempat lanjutan yang mempengaruhi dan berperan dalam pertumbuhan iman anak-anak. Orang tua sangat penting untuk mempertimbangkan sekolah yang akan dituju karena sekolahlah yang mendidik anak-anak untuk mendapatkan ilmu. Disana dia juga dituntut untuk menentukan pergaulan karena jika anak tersebut bergaul dengan teman-teman yang baik, maka akan menjadi baik begitu pula sebaliknya. Ada baiknya orang tua memilih dengan bijaksana untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang berstandar Kristen sehingga mereka dididik dan ditanamkan juga dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip iman Kristen. Seto Marsunu, “Pendidikan Iman Anak Dalam Perjanjian Lama Dan Tradisi Yahudi,” Wacana Biblika13 2013. 39 Dalam hal ini jika orang tua ingin memberikan keteladanan iman yang maksimal bagi anaknya, maka faktor-faktor lain yang akan memperngaruhi iman anak harus benar-benar diseleksi. Sebaiknya tidak mudah memberikan wewenang kepada mereka yang belum tentu akan memberikan keteladanan iman yang baik. Orang tualah penentu dalam menyeleksi siapa-siapa yang boleh mempengaruhi iman anaknya. Implementasi Keteladanan Iman Orang Tua Kepada Anak Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengimplementasikan keteladanan iman Kristen kepada anak-anaknya. Antara lain Pertama, Keteladan melalui komunikasi yang efektif. Sebagai orang tua harus mengerti cara dan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Biasanya sewaktu bermain dan meluangkan waktu dengan mereka, orang tua bisa mulai menyampaikan keteladanan iman secara verbal. Dalam kondisi yang demikian biasanya anak akan mudah menyerap apa yang diteladankan oleh orang tuanya tersebut. Lain halnya jika dalam kondisi yang tidak kondusif seperti sedang marah, bertengkar atau suasana yang sibuk, maka anak akan lebih cenderung melihat hal-hal yang negatif dari orang tuanya. Komunikasi yang efektif dan berkualitas pada anak akan membuat dan membantu mereka berkemampuan untuk mengenal dan membedakan yang benar dan salah, memudahkan dalam mengetahui akar dari persoalan dan masalah, serta memberikan kepentingan yang terbaik untuk bentuk komunikasi yang efektif, maka orang tua akan menyampaikan dengan cara verbal pada waktu yang tepat dan sikap yang tepat. Dengan demikian keteladanan iman dapat tersampaikan secara efektif dan lancar tanpa gangguan. Kedua, Keteladanan dalam melakukan firman Tuhan. Orang tua harus mengajarkan mengenai firman Tuhan melalui cerita-cerita tokoh-tokoh Alkitab dari buku-buku atau film kartun seperti, kisah Daud dan Goliat, Musa, Ayub dan lainnya. Dengan membaca buku dan menonton film, mereka akan belajar dari apa yang mereka baca dan lihat mengenai tokoh-tokoh alkitab tersebut, khususnya mengenai iman mereka kepada Tuhan. Mengajarkan anak-anak tentang firman Tuhan adalah tugas dan kewajiban orang tua kepada anaknya dan bukan semata-mata hanya tugas dari sekolah minggu atau gereja saja. Dalam Perjanjian Lama, Musa menyampaikan apa yang TUHAN perintahkan bahwa Orang israel harus mengetahui bahwa TUHAN Allah Israel itu esa, dan orang Israel wajib mengasihi TUHAN Allahnya dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap kekuatannya. Selain itu orang Israel pun wajib memperhatikan semua yang telah diperintahkan TUHAN melalu Musa dan wajib mengajarkannya secara terus-menerus Tesa Alia and Irwansyah Irwansyah, “Pendampingan Orang Tua Pada Anak Usia Dini Dalam Penggunaan Teknologi Digital [Parent Mentoring of Young Children in the Use of Digital Technology],” Polyglot Jurnal Ilmiah 14, no. 1 January 30, 2018 65, 40 dan berulang-ulang sampai mereka memahami. Dan mereka orang tua Israel wajib mengajarkannya di berbagai keadaan, situasi maupun kesempatan yang berbeda-beda. Ul. 64-7. Namun demikian ketika mereka mengajarkan semua firman tersebut, apakah orang tua sudah melakukannya? Itu yang menjadi kunci keberhasilan keteladanan iman orang tua terhadap anaknya. Jadi tugas orang tua harus mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya, namun juga harus menjadi pelaku firman Tuhan tersebut, sehingga anak-anaknya bukan hanya mengerti apa yang diajarkan tapi melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya yang mentaati Keteladanan ketika menghadapi masalah. Anak-anak cenderung untuk melihat dan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam menghadapi setiap masalah dalam keseharian. Orang tua harus mengajarkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Jika orang tua menggerutu, marah-marah dan bersungut-sungut dalam menghadapi tantangan dan masalah sehari-hari, anak-anak pasti akan meniru dan berbuat hal yang sama walaupun mereka mengajarkan untuk mengucap syukur, sabar dan menjalani dengan sukacita. Orang tua harus menjadi kesaksian hidup berdasarkan perkataannya dan kehidupannya. Ada sebuah peribahasa yang mengatakan “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” yang artinya sifat dan karakter anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya. Jangan sampai anak mencontoh hal-hal yang buruk tetapi biarlah anak mencontoh hal-hal yang baik saja. Orang tua harus menampilkan contoh yang baik kepada anak-anak ketika mereka sedang menghadapi masalah. Misalnya ketika orang tua berselisih pendapat, maka selain orang tua memberikan pengertian bahwa meskipun mereka berselisih namun tetap mereka tidak saling bermusuhan maupun mendendam. Dan mereka mencontohkan itu dalam perilaku dan menunjukkan mereka tetap berbaikan dan saling menghargai. Maka keteladanan tersebut akan jauh lebih berarti dibandingkan dengan ajaran secara lisan saja. Contoh lain, ketika orang tua dalam menghadapi kesulitan keuangan. Anak akan tahu hal itu, dan mereka memperhatikan apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua mencontohkan bahwa di saat seperti itu, mereka tetap setia beribadah, tetap setia berdoa, tetap setia baca firman, tidak marah-marah, maka tentu anak akan meniru hal itu ketika mereka menghadapi yang sama ketika mereka Keteladanan dalam ibadah. Orang tua harus menunjukkan bahwa ibadah itu adalah hal yang penting yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen. Oleh sebab itu orang tua harus rajin hadir dalam ibadah kelompok kecil maupun dalam ibadah raya. Seringkali orang tua memaksakan anak-anak untuk selalu mengikuti ibadah hari Riana Udurman Sihombing and Rahel Rati Sarungallo, “Peranan Orang Tua Dalam Mendewasakan Iman Keluarga Kristen,” Journal Kerusso 4, no. 1 March 19, 2019 34–41, Ruwi Hastuti, “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi,” Jurnal Antusias 2013. Hermanto et al., “Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab.” 41 minggu tetapi orang tua sering malas untuk dalam ibadah ini sangat berpengaruh bagi anak-anak. Orang tua wajib untuk membawa anak-anak untuk mengikuti sekolah minggu di gereja. Di sekolah minggu mereka diajarkan untuk memahami dan mengenal Tuhan dan firmanNya. Salah satu peran guru sekolah minggu adalah untuk menumbuhkan iman. Dengan demikian anak-anak akan senang ibadah sekolah Minggu dan akhirnya imannya bertumbuh. Hal ini dikarenakan mereka melihat sosok orang tuanya yang meneladankan kesetiaan dalam ibadah, sehingga mereka pun senang beribadah. Dalam membangun iman anak, maka orang tua harus menampilkan keteladanan dalam berbagai hal. Perilaku, kebiasaan-kebiasaan dan perkataan iman dari orang tua akan menjadi suatu hal yang akan selalu diingat dan ditiru oleh anak-anaknya. Simpulan Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak dimana mereka melihat dan mencontoh dari orang tuanya. Mereka dituntut untuk mengajarkan dan memberi teladan untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan. Keteguhan iman seorang anak sangat tergantung dari teladan yang ditunjukkan oleh orang tua mereka sehari-hari terutama sikap imannya kepada apa yang Tuhan katakan. Keteladanan yang ditunjukkan oleh orang tua harus disesuaikan dengan perkembangan anak yang bersangkutan. Dengan memperhatikan perkembangan anak, maka keteladanan iman yang dilakukan oleh orang tua akan lebih efektif dan dapat bertahan untuk waktu yang lama. Untuk itu sebagai orang tua harus meluangkan banyak waktu untuk mengajarkan firman Allah, membimbing dan memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. Dengan fondasi yang kokoh, maka anak-anak akan memiliki pendirian, sifat dan moral yang baik dan benar sebagai anak-anak yang beriman kepada Tuhan. Jika anak-anak merasa disayangi, dilindungi dan diperhatikan maka dengan sendirinya dia akan sangat mudah untuk menerima pengajaran dan mengikuti keteladanan iman orang tuanya selain itu orang tua harus mengetahui apa yang menjadi iman atau kepercayaan orang-orang yang ada dilingkungan anaknya. Hal ini dimaksudkan agar semua faktor yang akan mempengaruhi iman anak-anaknya dapat diketahui sedini mungkin, sehingga implementasi keteladanan iman yang dilaksanakan orang tua dapat terus berjalan dan berpengaruh signifikan. Daftar Pustaka Alia, Tesa, and Irwansyah Irwansyah. “Pendampingan Orang Tua Pada Anak Usia Dini Dalam Penggunaan Teknologi Digital [Parent Mentoring of Young Children in the Use of Digital Technology].” Polyglot Jurnal Ilmiah 14, no. 1 January 30, 2018 65. Sihombing and Sarungallo, “Peranan Orang Tua Dalam Mendewasakan Iman Keluarga Kristen.” 42 Demianus, Demianus & Jufrianto, Juprianto & RJ, Nanang & Tonengan, Rapson & P, Sartita. Perkembangan Cara Berpikir Anak Di Usia 2-7 Tahun Dengan Menebak Gambar Dan Ukuran Melalui Video Dengan Teori Kognitife, 2019. Diana, Ruat. “Prinsip Teologi Kristen Pendidikan Orang Tua Terhadap Anak Di Era Revolusi Industri BIA’ Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 June 2019 27–39. Accessed July 19, 2019. Duka, Katarina Da. “Hubungan Pendidikan Iman Dalam Keluarga Kristiani Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa/Siswi SMP Santo Fransiskus Assisi Samarinda,” 2009. Hastuti, Ruwi. “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi.” Jurnal Antusias 2013. Hermanto, Yanto Paulus. “Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kerohanian Anak Berdasarkan Prinsip Alkitab.” Mathetheou 1, no. 1 2021 11–19. Hermanto, Yanto Paulus, Christine Christine, Guntur Hari Mukti, Christopher Santoso, and Yonas Pasiran Ady Prayitno. “Sikap Hormat Anak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Prinsip Alkitab.” Evangelikal Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 5, no. 1 January 30, 2021 80. Lim-Tan, Rosalind. “Catatan Kuliah Together for Children Together for Children Training for Trainers Module 1.” 58, 2011. Saputro, Heri, and Yuventri Otnial Talan. “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Prasekolah.” Journal Of Nursing Practice 1, no. 1 October 1, 2017 1–8. Sihombing, Riana Udurman, and Rahel Rati Sarungallo. “Peranan Orang Tua Dalam Mendewasakan Iman Keluarga Kristen.” Journal Kerusso 4, no. 1 March 19, 2019 34–41. Stevanus, Kalis, and Stefanus Marbun. “Memaknai Kisah Ayub Bagi Orang Kristen Dalam Menghadapi Penderitaan.” Logia 1, no. 1 2019 25–43. Suanglangi, Hermanto. “Iman Kristen Dan Akal Budi.” Jurnal Jaffray 2, no. 2 April 2, 2005 43. Seto Marsunu. “Pendidikan Iman Anak Dalam Perjanjian Lama Dan Tradisi Yahudi.” Wacana Biblika13 2013. Yeni Lestari, Ni Gusti Ayu Made. “Rogram Parenting Untuk Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Keterlibatan Orang Tua Di PAUD.” Pratama Widya Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 1 August 31, 2019 8. Zega, Yunardi Kristian. “Teori Perkembangan Iman Remaja Menurut James W. Fowler Dan Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Kristen.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio 12, no. 2 July 6, 2020 140–151. ... Keluarga adalah inisiatif Allah, institusi pertama yang dibentuk Allah sejak awal masa penciptaan. Akibat dosa maka rencangan Allah rusak, keluarga berantakan[6]. ...Mega Fitri SitumorangMelpa Sintauli HasibuanMonica Seles SeitumorangDamayanti NababanThe family is a place where God expresses His love through a relationship of mutual love, mutual respect and mutual care among all family members. God in His wisdom has given mankind the best model and way of maturing faith, namely through the role of parents as God's representatives to guide children. Given the many negative influences from the development of modern life, both through technology, culture and a free lifestyle that can undermine and hinder the growth of children's faith, every parent should realize that the task of fostering the spirituality of children is not the full responsibility of the church and teachers. -school teachers, but a joint task between parents and the church. The research method used in collecting data for the formation of this journal uses qualitative research with a descriptive analysis approach. It is called descriptive because it explains and describes carefully to get a clear picture. In the spiritual development of children, the most important thing is how faith grows in a child. In the growth of children's faith, parents play the most important role. Parents instill the attitude of a child who grows in the Christian faith. Yanto Paulus HermantoChristine ChristineGuntur Hari MuktiYonas Pasiran Ady PrayitnoHonoring parents is a commandment from God that all mankind must carry out. This study aims to determine the true meaning of honouring parents and what practical action looks like. To answer the formulation of this problem, the researchers used a research method with a qualitative approach, namely, a method that looks for a deep meaning about the text, and extracts from several books or journals related to the problem. From the results of the discussion, honour for parents is an attitude that must be carried out throughout life through obedience, not insulting or criticizing and don't say harshly, as well as an attitude that nurtures, cares for and meets their needs. And God's promise for those who keep this law is a long life, happiness and a good condition, namely prosperity physically and spiritually. ABSTRAKMenghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh semua umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti yang sebenarnya secara biblika dari menghormati orang tua dan seperti apa tindakan praktisnya. Untuk menjawab rumusan masalah ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu, metode yang mencari arti yang mendalam tentang teks, dan menggali dari beberapa buku atau jurnal yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dari hasil pembahasan maka menghormati orang tua merupakan sikap yang harus dilakukan sepanjang umur hidup melalui sikap taat, tidak menghina atau mencela dan tidak berkata kasar, juga sikap yang memelihara, merawat dan mencukupi kebutuhan mereka. Dan janji Tuhan bagi orang yang melaksanakan hukum ini adalah panjang umur, kebahagiaan dan memiliki keadaan baik yakni kemakmuran secara jasmani dan Gusti Ayu Made Yeni Lestaridiv class="WordSection1"> Setiap anak memiliki potensi yang wajib untuk dikembangkan. Potensi yang dimiliki oleh anak tersebut akan berkembang dengan maksimal apabila mendapatkan perawatan, pengasuhan, dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Semua itu memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai lingkungan di mana anak berada. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga memegang peranan yang sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama di mana anak mendapat pendidikan. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan anak usia dini akan dapat menjadikan anak sebagai generasi yang gemilang, Namun, banyak pula orang tua yang kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana merawat, mengasuh dan mendidik anak berdasarkan ilmu pendidikan anak yang tepat. Hal tersebut berdampak kurang maksimalnya pengembangan potensi yang dimiliki anak. Selain itu, orang tua harusnya memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya keterlibatan dan kerjasama orang tua dengan pihak lembaga PAUD. Kesamaan dan kesinambungan program PAUD yang dilaksanakan di sekolah dan di rumah akan memberikan dukungan yang maksimal terhadap anak usia dini dalam melewati tugas-tugas perkembangannya. Orang tua dapat mengikuti program parenting yang dilaksankan oleh lembaga PAUD untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu tentang anak usia dini. Program parenting ini dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan yang tentu saja melibatkan peran dan dukungan orang tua di dalamnya. Melalui program parenting ini juga orang tua dapat memberikan pendidikan dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan sehingga potensianak usia dini dapat berkembang dengan maksimal. Kata kunci program parenting, keterlibatan orang tua, PAUD Abstract Every child has the potential that be developed. The potential possessed by the child will develop optimally when getting care, and education that suits for their needs. All of that requires the support and cooperation ofvarious environments in which the child located. The environment in question is the family, school and community environment. Families a very important role because the family is the first and foremost environment in which children get education. Parents who have knowledge of growth, development and early childhood education will be able to make children a brilliant generation. However, many parents lack knowledge, nurture and educate children based on appropriate children’s education. This has an impact on the lack of maximum development of the potential ofchildren. In addition, parents should have a high awareness of the importance of parental involvement and collaboration with early childhood institutions. The similarity and continuity of programs carried out at school and at home will provide maximum support for early childhood in passing through the tasks of their development. Parents can take part in a parenting program carried out byinstitutions to gain knowledge and knowledge about earlychildhood. This parenting program can be applied in various activities which of course involves the role and support of parents. Through this parenting program parents can also provide education and stimulation in accordance with the needs and tasks of development so that the potential of early childhood can develop optimally. Keywords parenting program, parental involvement, early childhood education

Diperoleh hasil yaitu faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya tempat belajar, fungsi fisik, kecerdasan, sarana dan prasarana, waktu, kebiasaan belajar, guru, orang tua, emosional dan kesehatan, serta faktor teman.
Cahaya Ilahi Media Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah website kumpulan artikel Islam, serta berbagai kajian Islam lainnya dalam bentuk tulisan. Artikel dalam situs Islam ditulis secara ilmiah berpedoman pada al-Quran, as-Sunnah, dan Ijmak ulama berdasar manhaj Ahlu Sunnah wal Jamaah. selalu berusaha menyajikan artikel dan kajian Islam tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kalangan awam sekalipun. Tujuan cukup jelas, yaitu membantu umat dalam memahami ilmu Islam secara benar. Tema kajian Islam cukup banyak, di antaranya artikel akidah, artikel fikih, artikel adab, artikel keluarga, artikel tsaqafah, artikel sejarah Islam, konsultasi fikih, konsultasi warisan, dan makalah umum. Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Islam memandang urusan lisan sebagai masalah serius. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan lisan. Pertama, lisan memiliki keterkaitan langsung dengan keimanan yang merupakan dasar paling penting bagi kehidupan manusia. Kedua, keberadaan lisan dan perilaku harus selaras agar kita terhindar dari murka Allah.
Sederhananya, iman adalah bagaimana anda memutuskan untuk menerima Yesus kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi anda yang disertai dengan pertobatan. Namun seiring waktu berjalan, terkadang iman yang sederhana ini bisa berubah dan menyimpang sehingga tidak lagi seperti iman yang semula. Berikut ini saya membagikan untuk anda faktor-faktor yang menyebabkan menyimpangnya iman tersebut. Enam faktor berikut hanyalah mewakili sebagian dari penyebab lainnya. 1. Berubahnya tujuan Faktor pertama yang membuat iman anda akhirnya menyimpang adalah disaat anda mulai mengubah tujuan hidupmu. Orang percaya memiliki tujuan hidup yang terarah ke Sorga atau hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Perhatikan apa yang Tuhan Yesus katakan “kumpulkanlah hartamu di sorga” dan Rasul Paulus “carilah perkara yang di atas” ini membuktikan bahwa tujuan orang percaya ada di Sorga dan bukan dunia ini lagi. Ketika anda mulai mengubah tujuan ini, anda beralih kepada hal-hal dunia ini, itu pertanda bahwa iman anda dalam kondisi yang kritis. Bahkan kadangkala, anda tidak pernah benar-benar peka ketika saat itu terjadi. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dan waspadalah. Ikutilah nasehat Rasul Paulus yang dengan tegas berkata “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu 1 Tim 416a 2. Dosa-dosa yang melekat Faktor kedua yang masih sering dianggap sepele dan kadangkala diabaikan oleh orang percaya adalah masih menyimpannya dosa-dosa kedagingan yang dimiliki. Tentu saja, Alkitab dengan jelas menyatakan kepada kita bahwa ketika kita menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, maka segala dosa kita diambil alih olehnya. Artinya, seluruh dosa kita telah diampuni band 1 Petrus 318, 1 Yoh 19, 1 Yoh 22. Namun, seperti yang Alkitab dengan sangat jelas menguraikan kepada kita bahwa selama kita masih memakai tubuh jasmaniah ini, antara kehendak Allah dan kedagingan terus-menerus mengalami pertarungan. Kedagingan adalah usaha Iblis agar kita melepaskan iman dan di sisi sebaliknya, kehendak Allah adalah suatu keharusan yang perlu kita lakukan sebagai orang percaya. Dalam kedagingan inilah terselip dosa-dosa yang melekat dan jika kita membiarkan dosa tersebut bersembunyi di hati kita maka lambat laun ia akan tumbuh tanpa kita ketahui dan ini akan berbahaya bagi iman kita. Oleh sebab itu, sangat baik mengikuti nasehat Firman Tuhan”hiduplah oleh Roh” band Galatia 516 3. Rapuhnya fondasi iman Faktor ketiga yang membuat iman anda menyimpang adalah rapuhnya fondasi iman anda. Kerapuhan ini sama seperti perumpamaan Tuhan Yesus tentang mendirikan rumah di atas pasir lihat Mat 724-27. Fondasi Iman adalah Alkitab, ini berarti ketika anda mengerti isi, maksud dan kehendak Tuhan di dalam Alkitab kemudian anda melakukannya hal ini berarti anda memilki fondasi iman yang kuat. Memahami Alkitab memang bukan perkara mudah, anda yang benar-benar buta tentu membutuhkan orang-orang yang cakap mengajar dan dapat dipercayai untuk menjelaskan kebenaran Alkitab kepada anda. Tetapi, bukan berarti anda tidak bisa memahami isi Alkitab tersebut. Seringkali, ada dua pernyataan yang sering saya dengar dalam penginjilan saya, pertama; “yang penting saya percaya Yesus.” Kedua; “tidak penting mengetahui Firman Tuhan yang penting melakukannya” pernyataan seperti ini adalah pertanyaan yang jelas-jelas salah. Anda bisa saja percaya Yesus, hanya saja hari ini ada banyak Yesus dan Alkitab berkata ada Yesus yang lain band II Korintus 114. Oleh sebab itu, bukan saja perkara “yang penting saya percaya Yesus” namun apakah Yesus yang anda percayai tersebut seperti yang Alkitab informasikan kepada anda atau tidak. Demikian pula dengan pernyataan yang kedua, adalah kesalahan fatal. Apakah tanpa mengetahui fondasi iman anda anda dapat melakukannya? Jawabannya TIDAK MUNGKIN. Tanpa mengetahui Firman Tuhan, mustahil anda bisa melakukannya. Bahkan kemungkinan besar adalah anda salah dalam melakukannya. Hal ini sudah diperingatkan oleh Rasul Paulus, bahwa tnpa pengertian yang ada hanyalah kebenaran anda sendiri dan tentu saja hal ini bertentangan dengan kebenaran Ilahi band Roma 101-3 4. Hidup yang melimpah materi Hidup yang berlimpah materi, sangat begitu menggiurkan kita untuk menyimpang dari iman. Bahkan di dalamnya termasuk pula kebahagiaan duniawi itu sendiri. Saya tidak bermaksud bahwa anda tidak boleh memiliki hidup yang berlimpah, karir yang bagus, atau semacam hal-hal lain yang berhubungan materi, melainkan pergunakanlah itu untuk pekerjaan Tuhan. Dukunglah jemaat-jemaat yang benar. Kasus unta masuk lubang jarum lihat Mat 1923-24 adalah fakta nyata bahwa materi bisa menghalangi, menghambat atau membuat iman anda menyimpang. Oleh sebab itu, renungkanlah perihal ini dengan baik-baik. 5. Ketakutan Satu hal yang sering diabaikan faktor menyimpangnya iman adalah rasa takut. Takut dalam hal ini, bukanlah takut akan Tuhan, melainkan ketakutan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ketakutan semacam ini, justru mereka menolak Tuhan dan kehendaknya karena hal-hal lain. Rasa takut seperti ini tidak akan mendapat bagian dari kerajaan Sorga Lihat Wahyu 218 tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya……, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api…. Ketika kita memutuskan untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat, maka disaat itu juga segala ketakutan kita terhadap dunia ini tidak menjadi alasan untuk menaati Tuhan sepenuh hidup kita. Oleh sebab itu, buanglah ketakutan akan dunia ini dan beralihlah untuk takut akan Tuhan. 6. Sibuk dengan hal-hal tidak berguna Poin terakhir yang kita perlu perhatikan yang menjadi faktor menyimpangnya iman adalah, kesibukan kita terhadap hal-hal yang tidak berguna. Hal-hal yang tidak berguna ini, memiliki banyak aspek seperti, menghabiskan waktu untuk menonton Film, lebih fokus kepada hobby, jalan-jalan untuk menghabiskan waktu. Ini adalah contoh-hal-hal yang tidak berguna. Sebagai orang percaya, seharusnya kita tidak membuang tenaga, waktu dan pikiran kita untuk hal-hal ini. Bahkan termasuk di dalamnya jika kita hanya berfokus bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, menimbun harta kekayaan dan lain sebagainya. Setelah kita menjadi orang percaya, seharusnya kita mengarahkan perkara-perkara kita untuk hal-hal surgawi lihat Kolose 31-4. Bagi orang percaya, hal-hal yang berguna adalah segal sesuatu yang ada hubungannya dengan kerajaan Sorga, contohnya memberitakan injil, menjadi saksi Kristus, mendukung jemaat lokal, aktif dalam jemaat lokal, dan banyak aktivitas lain yang ada hubungannya dengan kekekalan. Efesus 515-17 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Oleh Ev. Eliyusu Zai
.
  • 6nh4axjukd.pages.dev/293
  • 6nh4axjukd.pages.dev/867
  • 6nh4axjukd.pages.dev/424
  • 6nh4axjukd.pages.dev/469
  • 6nh4axjukd.pages.dev/446
  • 6nh4axjukd.pages.dev/34
  • 6nh4axjukd.pages.dev/659
  • 6nh4axjukd.pages.dev/92
  • 6nh4axjukd.pages.dev/396
  • 6nh4axjukd.pages.dev/211
  • 6nh4axjukd.pages.dev/409
  • 6nh4axjukd.pages.dev/391
  • 6nh4axjukd.pages.dev/601
  • 6nh4axjukd.pages.dev/923
  • 6nh4axjukd.pages.dev/706
  • faktor faktor yang mempengaruhi iman