PengertianTasamuh, Dalil, dan Contohnya. Dilansir dari buku Akidah Akhlak kelas XII, Kementerian Agama (2019:32), tasamuh ialah sikap akhlak terpuji di dalam pergaulan, di mana ada rasa saling menghargai antara sesama manusia di dalam batas-batas yang digariskan agama Islam. Jadi, makna dari istilah itu sendiri adalah bersikap menerima dan
Tidak sengaja, lupa, dipaksa tidak terkena dosa, apa maksudnya Yuk kita kaji dari hadits Arbain 39 kali ini. Baca pembahasan sebelumnya Hadits Arbain 38 Menjadi Wali Allah dengan Amalan Wajib dan Sunnah عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 2045, Al-Baihaqi VII/356, dan selainnya Keterangan hadits Tajaawaza memaafkan an ummati ummatil ijabah, ummat yang menerima dakwah. Faedah hadits Luasnya rahmat Allah pada hamba-Nya. Allah memaafkan hamba ketika keliru, lupa, atau dipaksa. Pemaafan dan kemudahan adalah kekhususan umat ini. Syariat datang untuk mengangkat kesulitan. Maka konsekuensinya, dosa diangkat dari orang yang tidak berniat yaitu saat keliru, lupa, atau dipaksa. Kaedah dari hadits Segala yang haram yang dikerjakan hamba karena tidak tahu jahil, lupa, atau dipaksa, maka tidak dikenakan dosa. Ketika Lupa Lupa secara bahasa berarti meninggalkan. Seperti dalam ayat, نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْۗ “Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” QS. At-Taubah 67. Maksud nisyan dalam ayat ini adalah meninggalkan. Secara istilah, Ibnu Nujaim mengatakan tentang nisyan adalah, عَدَمُ تَذَكَّرُ الشَّيْءِ وَقْتَ حَاجَتِهِ إِلَيْهِ “Tidak mengingat sesuatu pada waktu ia membutuhkannya.” Pengaruh Lupa Ulama Syafi’iyah dan ulama Hambali dalam pendapat sahih menurut mereka, orang yang lupa berarti telah bebas dari mukallaf pembebanan syariat ketika ia lupa. Karena mengerjakan suatu perintah harus dengan didasari ilmu. Adapun pengaruh hukum terhadap yang lupa Pertama Hukum ukhrawi Sepakat para ulama bahwa orang yang lupa tidak dikenakan dosa sama sekali. Sebagaimana firman Allah, رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.” QS. Al-Baqarah 286 Dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ketika turun firman Allah Ta’ala, لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.” QS. Al-Baqarah 286. Lalu Allah menjawab, aku telah mengabulkannya.” HR. Muslim, no. 125. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma secara marfu’, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ “Sesungguhnya Allah menghapuskan dari umatku dosa ketika mereka dalam keadaan keliru, lupa dan dipaksa.” HR. Ibnu Majah, no. 2045. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Ibnu Taimiyah berkata tentang masalah ini, مَنْ فَعَلَ مَحْظُورًا مُخْطِئًا أَوْ نَاسِيًا لَمْ يُؤَاخِذْهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَحِينَئِذٍ يَكُونُ بِمَنْزِلَةِ مَنْ لَمْ يَفْعَلْهُ فَلَا يَكُونُ عَلَيْهِ إثْمٌ وَمَنْ لَا إثْمَ عَلَيْهِ لَمْ يَكُنْ عَاصِيًا وَلَا مُرْتَكِبًا لِمَا نُهِيَ عَنْهُ وَحِينَئِذٍ فَيَكُونُ قَدْ فَعَلَ مَا أُمِرَ بِهِ وَلَمْ يَفْعَلْ مَا نُهِيَ عَنْهُ . وَمِثْلُ هَذَا لَا يُبْطِلُ عِبَادَتَهُ إنَّمَا يُبْطِلُ الْعِبَادَاتِ إذَا لَمْ يَفْعَلْ مَا أُمِرَ بِهِ أَوْ فَعَلَ مَا حُظِرَ عَلَيْهِ “Siapa saja yang melakukan perkara yang dilarang dalam keadaan keliru atau lupa, Allah tidak akan menyiksanya karena hal itu. Kondisinya seperti tidak pernah berbuat kesalahan tersebut sehingga ia tidak dihukumi berdosa. Jika tidak berdosa, maka tidak disebut ahli maksiat dan tidak dikatakan terjerumus dalam dosa. Jadi ia masih dicatat melakukan yang diperintah dan tidak mengerjakan yang dilarang. Semisal dengan ini tidak membatalkan ibadahnya. Ibadah itu batal jika tidak melakukan yang Allah perintahkan atau melakukan yang dilarang.” Majmu’ah Al-Fatawa, 25226. Kedua Hukum duniawi Jika itu berkaitan dengan meninggalkan perintah karena lupa, maka tidaklah gugur, bahkan harus dilakukan ketika ingat. Jika itu berkaitan dengan melakukan larangan dalam keadaan lupa selama bukan pengrusakan, maka tidak dikenakan apa-apa. Jika itu berkaitan dengan melakukan larangan dalam keadaan lupa dan ada pengrusakan, maka tetap ada dhaman ganti rugi. Kaedah membedakan lupa dalam perintah dan larangan Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Perbedaan penting yang perlu diperhatikan bahwa siapa yang melakukan yang haram dalam keadaan lupa, maka ia seperti tidak melakukannya. Sedangkan yang meninggalkan perintah karena lupa, itu bukan alasan gugurnya perintah. Namun bagi yang mengerjakan larangan dalam keadaan lupa, maka itu uzur baginya sehingga tidak terkenai dosa.” I’lam Al-Muwaqi’in, 251. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, مَنْ فَعَلَ مَحْظُورًا نَاسِيًا لَمْ يَكُنْ قَدْ فَعَلَ مَنْهِيًّا عَنْهُ “Barangsiapa melakukan suatu yang terlarang karena lupa, maka ia tidak dikatakan melakukan suatu yang terlarang.” Majmu’ah Al-Fatawa, 20573 Beberapa bentuk lupa Pertama Lupa dengan meninggalkan perintah 1. Lupa membaca bismillah pada awal wudhu Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ “Tidak ada shalat bagi yang tidak ada wudhu. Tidak ada wudhu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya.” HR. Abu Daud, no. 101 dan Ibnu Majah, no. 399. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Kalau dilihat dari hadits-hadits yang ada yang semisal dengan hadits di atas, dapat dikatakan bahwa haditsnya saling menguatkan satu dan lainnya. Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Nampak bahwa dilihat dari berbagai macam jalur, hadits yang membicarakan anjuran bismillah saat wudhu saling menguatkan, yang menunjukkan adanya ajaran akan hal itu.” Talkhish Al-Habir, 1128. Sebagian ulama mendhaifkan hadits di atas, namun dari berbagai jalur, hadits menjadi kuat. Sedangkan penafian peniadaan yang disebutkan dalam hadits adalah kesempurnaan. Jadi maksudnya adalah tidak sempurna wudhunya. Karena ada hadits-hadits yang membicarakan tentang wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam seperti hadits Abdullah bin Zaid, Utsman bin Affan, dan juga Ibnu Abbas, tidak menyebutkan bismilah di dalamnya. Sehingga penafian yang ada dimaknakan, tidak sempurna. Jadi tetap ada anjuran membaca bismillah di awal wudhu, namun tidak menunjukkan wajib. Ulama Syafi’iyah dan madzhab Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca bismillah pada awal wudhu termasuk perkara sunnah. Jika lupa membacanya di awal wudhu, maka boleh dibaca kapan pun saat wudhu sebelum wudhu selesai. Jika meninggalkan membaca bismillah karena lupa, maka sah wudhunya. 2. Lupa mengerjakan shalat wajib Para ulama sepakat bahwa siapa saja yang lupa shalat fardhu, wajib ia mengqadha’nya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِى “Jika salah seorang di antara kalian tertidur dari shalat atau ia lupa dari shalat, maka hendaklah ia shalat ketiak ia ingat. Karena Allah berfirman yang artinya Kerjakanlah shalat ketika ingat.” QS. Thaha 14 HR. Muslim, no. 684 Cara mengqadha’nya jika yang lupa lebih dari satu shalat, bisa dengan petunjuk dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berikut ketika beliau mengatakan dalam Manhajus Salikin, وَمَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةٌ وَجَبَ عَلَيْهِ قَضَاؤُهَا فَوْرًا مُرَتِّبًا فَإِنْ نَسِيَ أَوْ جَهِلَهُ أَوْ خَافَ فَوْتَ الصَّلاَةِ سَقَطَ التَّرْتِيْبُ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الحَاضِرَةِ “Siapa yang luput dari shalat, wajib baginya untuk mengqadha’nya segera secara berurutan. Jika ia lupa, tidak tahu, atau khawatir luput dari shalat hadhirah yang saat ini ada, maka gugurlah tartib berurutan antara shalat yang luput tadi dan shalat yang hadhirah yang saat ini ada.” 3. Lupa salah satu bagian shalat Sebagaimana dikatakan oleh Al-Qadhi Abu Syuja’ dalam Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib, ketentuan mengenai perkara yang tertinggal dalam shalat ada tiga yaitu fardhu, sunnah ab’adh, dan sunnah hai’at. Jika termasuk fardhu rukun shalat, apabila tertinggal dalam shalat, maka tidak bisa digantikan dengan sujud sahwi. Akan tetapi jika seseorang teringat sementara jarak waktu masih memungkinkan untuk mengerjakannya, dia harus mengerjakan perkara tersebut dan di akhir melakukan sujud sahwi. Jika termasuk sunnah ab’adh seperti tasyahud awwal, duduk tasyahud awwal, shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada tasyahud awal, shalawat kepada keluar Nabi pada tasyahud awal dan akhir, pen., lalu tertinggal dalam shalat, maka tidak perlu diulang apabila yang rukun fardhu sudah dikerjakan. Akan tetapi di akhir, harus melakukan sujud sahwi. Jika termasuk dalam sunnah hai’at, maka perkara yang tertinggal tersebut tidak perlu diulang setelah tertinggal dan seseorang tidak perlu melakukan sujud sahwi. Sebab melakukan sujud sahwi menurut ulama Syafi’iyah ada empat Meninggalkan salah satu dari sunnah ab’adh seperti tasyahud awal. Ragu mengenai jumlah rakaat. Melakukan sesuatu yang terlarang dalam shalat karena lupa; jika dilakukan sengaja, akan membatalkan shalat seperti menambah rakaat jadi lima dalam shalat Zhuhur karena lupa. Memindahkan yang merupakan fi’il perbuatan shalat baik rukun shalat atau sunnah ab’adh atau memindahkan membaca surat bukan pada tempatnya seperti membaca Al-Fatihah ketika tasyahud, membaca surat pendek ketika I’tidal. Lihat Al-Fiqh Al-Manhaji, 1173-174 Cara melakukan sujud sahwi Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud seperti sujud saat shalat. Yang ingin melakukannya berniat untuk sujud sahwi. Sujud sahwi dilakukan di akhir shalat sebelum salam. Jika seseorang yang shalat mengucapkan salam sebelum sujud sahwi dengan sengaja atau lupa, dan jedanya sudah begitu lama, maka sujud sahwi jadi gugur. Jika jaraknya masih dekat, maka sujud sahwi tetap dilakukan dengan dua kali sujud dengan niatan sujud sahwi, lalu salam. Inilah penjelasan dalam madzhab Syafi’i sebagaimana disebutkan dalam Al-Fiqh Al-Manhaji, hlm. 174. Dalam Mughni Al-Muhtaj–salah satu kitab fiqih Syafi’iyah–disebutkan, “Tata cara sujud sahwi sama seperti sujud ketika shalat dalam perbuatann wajib dan sunnahnya, seperti meletakkan dahi, thuma’ninahbersikap tenang, menahan sujud, menundukkan kepala, melakukan duduk iftirosy ketika duduk antara dua sujud sahwi, duduk tawarruk ketika selesai dari melakukan sujud sahwi, dan dzikir yang dibaca pada kedua sujud tersebut adalah seperti dzikir sujud dalam shalat.” Baca Juga Manhajus Salikin Sujud Sahwi 4. Lupa membaca bismillah ketika makan Dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan BISMILLAAH AWWALAHU WA AAKHIROHU dengan nama Allah pada awal dan akhirnya.’” HR. Abu Daud, no. 3767 dan Tirmidzi, no. 1858. Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan sahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits tersebut sahih. Dalam lafazh lain disebutkan, إِذَا أَكَلَ أَحَدكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه ، فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّله فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه فِي أَوَّله وَآخِره “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia ucapkan “Bismillah”. Jika ia lupa untuk menyebutnya, hendaklah ia mengucapkan BISMILLAAH FII AWWALIHI WA AAKHIRIHI dengan nama Allah pada awal dan akhirnya.” HR. Tirmidzi no. 1858, Abu Daud no. 3767 dan Ibnu Majah no. 3264. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih dan Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini sahih. Kedua Lupa dengan melakukan larangan 1. Makan dan minum dalam keadaan lupa saat puasa Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ “Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang memberi ia makan dan minum.” HR. Bukhari, no. 1933 dan Muslim, no. 1155. 2. Berbicara dalam shalat dalam keadaan lupa Dari Mu’awiyah bin Hakam As-Sulamiy radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku ketika itu shalat bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu ada seseorang yang bersin dan ketika itu aku menjawab yarhamukallah’ semoga Allah merahmatimu. Lantas orang-orang memalingkan pandangan kepadaku. Aku berkata ketika itu, وَاثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَىَّ “Aduh, celakalah ibuku! Mengapa Anda semua memandangku seperti itu?” Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Lalu aku diam. Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai shalat, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu ungkapan sumpah Arab, aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul, dan tidak memakiku. Beliau bersabda saat itu, إِنَّ هَذِهِ الصَّلاَةَ لاَ يَصْلُحُ فِيهَا شَىْءٌ مِنْ كَلاَمِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur’an.’” HR. Muslim, no. 537 Menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah bahwa siapa yang berbicara ketika shalat dalam keadaan lupa, shalatnya tidaklah batal asalkan kata-kata yang keluar sedikit dan nantinya ditutup kealpaan tersebut dengan sujud sahwi. Jika kata-kata yang keluar banyak, shalatnya batal. 3. Baru mengetahui adanya najis setelah shalat Barangsiapa yang lupa membersihkan diri dari najis lalu ia shalat dalam keadaan lupa, maka shalatnya sah. Masalah najis berkaitan dengan larangan ketika shalat. Ketika dilakukan diterjang dalam keadaan lupa, maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi. Hal ini menjadi pendapat Syafi’i yang qadim. Dalil dari hal ini adalah hadits ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam melepas sandal saat shalat. Hadits lengkapnya sebagaimana berikut ini. Dari Abu Sa’id radhiyallahu anhu, ia berkata, بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ إِذْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عَنْ يَسَارِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْقَوْمُ أَلْقَوْا نِعَالَهُمْ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ قَالَ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالِكُمْ قَالُوا رَأَيْنَاكَ أَلْقَيْتَ نَعْلَيْكَ فَأَلْقَيْنَا نِعَالَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا أَوْ قَالَ أَذًى وَقَالَ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat bersama shahabatnya, tiba-tiba dia melepaskan kedua sandalnya dan meletakkannya di sebelah kirinya. Ketika para shahabat melihatnya, mereka pun melepas sandalnya. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai shalat, beliau berkata, Apa yang membuat kalian melepas sandal kalian?’ Mereka berkata, Kami lihat engkau melepas sandalmu, maka kamipun melepas sandal kami.’ Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwa pada kedua sandalku terdapat kotoran. Dan dia berkata, Jika kalian mendatangi masjid, hendaknya memperhatikan, jika pada sandalnya terdapat najis atau kotoran hendaknya dia bersihkan, lalu shalat dengan memakai keduanya.” HR. Abu Daud, no. 650. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih Baca Juga Safinatun Najah Uzur Shalat yaitu Tidur dan Lupa Ketika Tidak Sengaja Yang dimaksud di sini adalah tidak punya maksud untuk melakukan sesuatu. Bukan yang dimaksud dengan khatha’ di sini adalah lawan dari benar atau berarti salah. Sesuatu ketidaksengajaan tidaklah dikenakan dosa sebagaimana disebutkan dalam ayat, رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tidak sengaja.” QS. Al-Baqarah 286. Dalam hadits disebutkan bahwa Allah telah memenuhi hal tersebut. Dalam hadits disebutkan, إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa atau dipaksa.” HR. Ibnu Majah, no. 2043. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih karena memiliki penguat dari jalur lainnya Apakah kalau tidak sengaja dikenakan ganti rugi? Hal ini perlu dirinci. Pertama, jika terkait dengan hak sesama manusia. Ada dua hal yang perlu diperhatikan Jika memang perbuatan tersebut diizinkan, ia sengaja melakukan, namun tidak sengaja merusak, ketika itu tidak ada dhaman ganti rugi. Contoh seperti yang dilakukan oleh seorang tabib atau dokter, atau orang yang menjadi wakil diserahi tanggung jawab lalu tidak sengaja merusak. Karena kaedahnya, sesuatu yang dibolehkan oleh syari’at mengakibatkan tidak ada dhaman ganti rugi. Jika memang perbuatan tersebut tidak diizinkan, maka dikenakan dhaman ganti rugi. Contoh orang yang tidak sengaja membunuh orang lain walaupun tidak dikenakan qishash nyawa dibalas nyawa, namun tetap dikenakan dhaman ganti rugi yaitu dikenakan diyyat. Kedua, jika terkait dengan hak Allah, maka tidak ada hukuman had. Namun apakah ada dhaman ganti rugi? Hal ini perlu dirinci. Jika tidak ada itlaf pengrusakan seperti seseorang yang tidak sengaja menutup kepalanya saat ihram atau memakai baju saat ihram padahal tidak boleh mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh seperti baju, pen., maka tidak ada kafarah Jika ada itlaf pengrusakan seperti memotong kuku saat ihram atau memotong rambut saat ihram atau berburu hewan saat ihram, maka ada beda pendapat jika dilakukan tidak sengaja untuk kasus kedua ini. Pendapat yang lebih kuat adalah tetap dikenakan kafarah. Baca Juga Kaedah Fikih 26 Merusak Tetapi Tidak Perlu Ganti Rugi Adapun yang dimaksud dengan kafarah atau fidyah Fidyah karena melakukan larangan ihram yaitu mencukur rambut, memotong kuku, memakai harum-haruman, mencumbu istri dengan syahwat, memakai pakaian berjahit yang membentuk lekuk tubuh bagi laki-laki, memakai sarung tangan, menutup rambut kepala, dan memakai niqob bagi wanita. Bentuk fidyah dari setiap pelanggaran ini adalah memilih salah satu dari tiga hal Menyembelih satu ekor kambing Memberi makan kepada enam orang miskin Berpuasa selama tiga hari Ketika Dipaksa Bagaimana jika ada yang dipaksa dengan ancaman dibunuh untuk mengucapkan kalimat kufur, lantas ia mengucapkannya? Atau bagaimana jika ia dipaksa untuk murtad? Tentang masalah tersebut, mari kita perhatikan dalil-dalil berikut ini. مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman dia mendapat kemurkaan Allah, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman dia tidak berdosa, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” QS. An-Nahl 106 Dalam hadits disebutkan bahwa orang-orang musyrik pernah menyiksa Ammar bin Yasir. Ia tidaklah dilepas sampai mencela Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan menyanjung dengan kebaikan pada sesembehan orang musyrik. Lalu setelah itu ia pun dilepas. Ketika Ammar mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka ia pun ditanya oleh Rasul, “Apa yang terjadi padamu?” “Sial, wahai Rasulullah. Aku tidaklah dilepas sampai aku mencelamu dan menyanjung-nyanjung sesembahan mereka.” قَالَ كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ ؟ » قَالَ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيْمَانِ قَالَ إِنْ عَادُوا فَعُدْ » Rasul balik bertanya, “Bagaimana hatimu saat itu?” Ia menjawab, “Hatiku tetap dalam keadaan tenang dengan iman.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam kembali mengatakan, “Kalau mereka memaksa menyiksa lagi, silakan engkau mengulanginya lagi seperti tadi.” HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2 389; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, 8 208. Sanad hadits ini dha’if. Namun ada banyak jalur periwayatan kisah ini. Intinya kisah ini masih memiliki asal. Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 12 312 menyatakan bahwa hadits ini termasuk hadits mursal yang saling menguatkan satu dan lainnya Ibnu Hazm juga menyatakan ada klaim ijmak dalam hal ini. Beliau berkata dalam Maratib Al-Ijma’, hlm. 61, اتَّفَقُوْا عَلَى أَنَّ الْمُكْرَهَ عَلَى الْكُفْرِ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالاِيْمَانِ أَنَّهُ لَا يَلْزَمْهُ شَيْءٌ مِنَ الْكُفْرِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى “Para ulama sepakat bahwa orang yang dipaksa berbuat kufur sedangkan hatinya dalam keadaan tenang di atas iman, ia tidak dihukumi kufur di sisi Allah Ta’ala.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Istiqamah 2 210 berkata, وَلِهَذَا لَمْ يَكُنْ عِنْدَنَا نِزَاعٌ فِي أَنَّ الأَقْوَالَ لاَ يَثْبُتُ حُكْمُهَا فِي حَقِّ المُكْرَهِ بِغَيْرِ حَقٍّ “Oleh karena itu, kami tidak ada silang pendapat mengenai hukum bagi orang yang dipaksa tanpa jalan yang benar bahwa tidak dikenakan hukum padanya.” Juga dalam Ensiklopedia Fikih, Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah 22 182 disebutkan, وَاتَّفَقَ الفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ مَنْ أُكْرِهَ عَلَى الكُفْرِ فَأَتَى بِكَلِمَةِ الكُفْرِ لَمْ يَصِرْ كَافِراً “Para fuqaha sepakat bahwa siapa yang dipaksa untuk melakukan suatu kekufuran lantas ia mengucapkan kalimat kufur, maka tidak divonis sebagai orang kafir.” Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah dalam kitab tafsirnya 14 223 mengatakan, Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa siapa saja yang kufur setelah sebelumnya ia beriman, maka baginya murka Allah dan baginya siksa yang pedih. Namun siapa yang dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur, namun hatinya tetap masih dalam keadaan iman, ia mengucapkannya hanya ingin menyelamatkan diri dari musuhnya, maka seperti itu tidaklah mengapa. Karena Allah Ta’ala menghukumi hamba hanya karena kekufuran yang ia ridhai dalam hatinya. Baca Juga Kaedah Fikih 20 Dipaksa, Tidak Dikenai Dosa Dipaksa itu ada dua macam Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah 22 182 disebutkan bahwa pemaksaan itu ada dua macam. Pemaksaan pertama disebut ikrahan tamman, yaitu pemaksaan sempurna, artinya benar-benar menghadapi bahaya besar. Seperti dipaksa dengan dibunuh, dipotong, dipukul yang dapat membahayakan jiwa atau anggota badan, baik dengan sedikit atau banyak pukulan. Pemaksaan kedua disebut ikrahan naqishan, yaitu pemaksaan yang tidak sempurna, artinya tidak benar-benar mengancam jiwa. Seperti dipenjara, dirantai, atau pukulan yang tidak sampai membahayakan jiwa atau anggota badan. Para ulama menyatakan bahwa yang disebut pemaksaan yang boleh melakukan perbuatan kekufuran atau mengucapkan kata kufur adalah pemaksaan pertama, yaitu pemaksaan sempurna ikrahan tamman. Namun syarat disebut ikrahan tamman adalah Ancaman yang diberikan benar-benar berdampak bahaya pada jiwa atau anggota badan. Yang memaksa benar-benar mampu diwujudkan ancamannya. Yang dipaksa benar-benar tidak mampu untuk menolak ancaman pada dirinya, baik dengan melarikan diri atau meminta pertolongan pada yang lain. Yang dipaksa punya sangkaan kuat bahwa ancaman tersebut benar-benar bisa diwujudkan oleh yang memaksa. Memilih mati Bolehkah bagi yang diancam memilih untuk bersabar dan terus terkena bahaya dan terus disakiti, andai juga ia terbunuh ketika itu? Iya, boleh memilih seperti itu. Bilal bin Rabbah radhiyallahu anhu dan lainnya pernah memilih seperti itu. Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, seseorang boleh memilih untuk mati ketika diancam untuk mengatakan kalimat kufur. Seperti yang dipilih oleh Bilal. Ia enggan mengucapkan kalimat kufur. Sampai-sampai orang kafir meletakkan batu yang besar di dadanya dalam keadaan panas. Mereka terus memaksa Bilal untuk berbuat syirik pada Allah, namun Bilal enggan menuruti keinginan mereka. Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad artinya Esa, Esa.” Bilal mengatakan, “Demi Allah, seandainya aku tahu suatu kalimat yang akan membuat kalian lebih marah dari kalimat itu, tentu aku akan mengucapkannya.” Semoga Allah meridhai Bilal.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 4 715 Semoga bahasan ini bermanfaat. Baca Juga Hadits Arbain 40 Hidup di Dunia Hanya Sebentar Referensi Al-Fiqh Al-Manhaji ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i. Syaikh Dr. Musthafa Al-Khin, Suyaikh Dr. Musthafa Al-Bugha, Syaikh Ali Asy-Syabaji. Penerbit Darul Qalam. Al-Haram fii Asy-Syari’ah Al-Islamiyah. Cetakan pertama, tahun 1432 H. Dr. Qutb Ar Risuni, terbitan Dar Ibni Hazm. Al-Mawshu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait. Jami’ Al-Bayan an Ta’wil Ay Al-Qur’an Tafsir Ath-Thabari. Cetakan pertama, tahun 1423 H. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib. Al-Qadhi Abu Syuja’. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Al-Manzhumah As-Sa’diyah fi Al-Qowa’id Al-Fiqhiyyah. Cetakan kedua, tahun 1426 H. Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir bin Abdul Aziz Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kanuz Isybiliya. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Imam Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Diselesaikan Malam Rabu, 3 Dzulqa’dah 1441 H, 23 Juni 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Janganbawakan dalil yang benar untuk tempat yang ngga sesuai Pak, ntar kayak orang mencuri terus bilang "Innama a'malu binniyyat", semua amal tergantung niatnya, "lha saya mencuri untuk fakir miskin, adi yang penting niatnya", ini bawa dalil yang benar untuk tempat yang salah Pak, hati2semoga ana dan antum bisa lebih baik ⁉UMM Ustadz Menjawab MFT 📆 Jum’at , 26 Rabbiul Awwal 1439 / 15 Desember 2017 💝🌼💝🌼💝🌼💝🌼💝 🍃🌸 Manusia Tempatnya Salah dan Lupa🌸🍃 💢💢💢💢💢💢 Assalamu’alaikum. Ustadz, ada keterangan bahwa manusia adalah tempat kesalahan dan lupa. Apakah ini hadits atau keterangan ulama?Jazaakallaah khair. 0416523xxxx 🍃🍃🍃🍃🍃🍃 Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh … Bunyinya _Al Insaan mahalul Khatha’ wan Nisyaan_ – Manusia tempatnya salah dan lupa. Ini adalah pepatah dan bukan hadits. Tetapi, ada hadits yg mirip dgn itu, yaitu َ كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. *HR. At Tirmidzi no. 2499, Hasan* Demikian. Wallahu a’lam 🌷🌴🌱🌾🌵🌸🍃🍄 ✍ Farid Nu’man Hasan 🔊 Join channel 🅿️ Fanspage ❄️ Kunjungi Website Resmi 💝🌼💝🌼💝🌼💝🌼💝 Dipersembahkan oleh 📲Sebarkan! Raih pahala ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Ikuti Kami di 📱 Telegram 🖥 Fans Page 📮 Twitter 📸 Instagram 🕹 Play Store 📱 Join Grup WA Previous Post Asbabun Nuzul QS. Al-A’raf 204 Next Post Adab Naik Kendaraan Darat

Lupasebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an terbagi menjadi dua macam: 1. Lupa pada seseorang yang tidak memiliki udzur padanya, yaitu lupa yang berasal dari kesengajaannya, sebagaimana firman Allah, " Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri.

MANUSIA itu tempatnya salah dan lupa. Ada pertanyaan tentang apakah melakukan perbuatan dosa setelah bertaubat artinya mengolok-olok Allah? Baca Juga Islam Itu Misi Menyelamatkan Umat Manusia Assyaikh Al-Allamah Abdul Aziz Ibnu Baz rahimahullah menjelaskan bahwa itu tidak benar disebabkan manusia itu tempatnya salah. Selain itu, juga tempatnya kekurangan, kebodohan, kelemahan, dan lupa. Apabila dia bertaubat dengan taubat yang jujur, niscaya Allah akan menerima taubatnya. Apabila dia terjatuh kedalam dosa lagi di waktu yang lain, maka bukanlah termasuk mengolok-olok, bahkan wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah kembali, bersegera dalam bertaubat. Rabb kita adalah Maha Dermawan, Dia akan menerima taubatnya, apabila dia jujur di dalam taubatnya sebagaimana dia telah menerima taubatnya pada dosa yang pertama. Dan Dia subhanallah wa ta’ala adalah yang mengatakan وإني لغفار لمن تاب وآمن وعمل صالحا ثم اهتدى Artinya ” Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, maka kemudian tetap di jalan petunjuk dijalan yang benar.” QS. Thaha 82 Dan telah benar berita dari Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Dia memuji seorang hamba yang terjatuh kedalam dosa, kemudian bertaubat, kemudian terjatuh lagi kedalam dosa diwaktu yang lain namun dia selalu bertaubat dengan taubat yang jujur, Dia jalla wa’ala mengatakan علم عبدي أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ به Artinya “Hambaku telah mengetahui bahwa dia mempunyai Rabb yang akan mengampuni dosanya dan menghukumnya, ثم يقول أشهدك أني غفرت لعبدي Artinya “Kemudian Dia subhanahu wa ta’ala mengatakan” “Aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku telah mengampuni hambaKu”. Yakni selama hamba tersebut tetap berada diatas taubatnya yang jujur. [Cms] Sumber Alih bahasa Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفرالرحمن له. DalilMembaca Qunut Subuh Menurut Mazhab Syafii (1) Pada umumnya masyarakat di Indonesia adalah penganut ajaran mazhab Syafi'i dalam masalah fiqih. Namun, banyak di antara mereka mengaku bermadzhab Syafi'i tapi tidak mengerti fiqih Syafi'i termasuk soal Qunut Subuh. Baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan kita temui banyak tempat yang masih Materi khutbah Jumat singkat kali ini mengingatkan jamaah akan tiga sifat yang menjadi biang dari keburukan dan kesalahan yakni takabur, hasud, serta tamak. Umat Islam diharuskan untuk menghindari ketiga sifat tercela tersebut. Kepentingannya adalah agar memperoleh kebahagiaan dan dijamin akan selamat di dunia hingga kelak di akhirat. Naskah khutbah Jumat singkat ini tentu saja dapat digandakan dan dibagi secara luas. Agar dapat menjadi pengingat dan sebagai tambahan jariyah. Redaksi Khutbah I إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيِّأتِ أعمالنا مَن يهده الله فلامُضِلَّ لَه وَمن يُضْلِلْهُ فَلَاهَادِيَ لَه أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله . اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله Jamaah Jumat Rahimakumullah Pada kesempatan istimewa ini marilah kita saling mengingatkan untuk meningkatkan takwallah. Implementasinya adalah dengan menjalankan yang diperintah dan menjauhi larangan-Nya. Semoga dengan demikian kita termasuk hamba yang beruntung. Hadirin yang Berbahagia Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa. Pernyataan ini secara sepintas hendak memberi ruang seluas-luasnya bagi manusia untuk berbuat kesalahan, padahal tidak. Justru sebaliknya, hadits ini ingin memberi rambu-rambu kepada para hamba Allah bahwa diri mereka sangat rentan berbuat lalai dan terjerumus dalam kekeliruan. Yang paling penting bagi manusia adalah senantiasa hati-hati agar tidak terperosok ke lubang dosa dan kesalahan. Tentang hal ini, sebagaiman tercantum dalam kitab Muntabihat alal Istiddi li Yaumil Mîâd, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda أَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَان فِي التّوْراتِ إِنَّ أُمَّهَاتُ اْلخَطَايَا ثَلَاثٌ الكِبْرُ وَالْحَسَدُ وَالْحِرْصُ، فَنَشَأَ مِنْهَا سِتَّةٌ فَصِرْنَ تِسْعَةٌ الأُوْلى مِنَ السِّتَّةِ الشِّبَعُ وَالنَّوْمُ وَالرَّاحَةُ وَحُبُّ الْأَمْوَالِ وَحُبُّ الثَّناَءِ وَالْمَحْمَدَةِ وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ Artinya Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ibn Imran dalam kitab Taurat Sesungguhnya induk dari segala kesalahan ada tiga, yakni takabur, hasud, dan tamak. Ketiganya melahirkan enam hal, yaitu rasa kenyang, tidur, waktu senggang, cinta harta, gila pujian, dan cinta jabatan. Hadirin yang Dimuliakan Allah Bahwa sifat pertama sebagai biang kesalahan adalah takabur atau angkuh serta sombong. Sifat ini sangat menjerumuskan karena seorang hamba dibutakan oleh perasaan diri sendiri yang unggul dan di saat yang bersamaan memandang rendah orang lain. Kita tahu, iblis dikutuk masuk neraka selama-lamanya karena sifat ini. Perasaan bahwa iblis lebih utama dan mulia dari Nabi Adam Alaihis Salam membuatnya membangkang dari perintah Allah Subhanahu Wa Taala. Ia memilih jatuh dalam kegelapan selamanya ketimbang menaruh rasa hormat kepada Nabi Adam. Tampaklah bagaimana al-kibru atau keangkuhan memunculkan rasa paling benar sendiri, paling mulia sendiri, dan karenanya secara sadar maupun tidak merasa pantas untuk merendahkan yang lainnya. Sifat takabur juga berakibat pada hilangnya ketawadukan kepada sesama karena telah silap akan kekurangan dan kesalahan diri sendiri. الكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ Artinya Takabur merupakan sikap mengingkari kebenaran dan memandang remeh manusia yang lain. Jamaah yang Mulia Yang kedua adalah hasud. Istilah lain dari sifat ini adalah iri atau dengki. Orang yang hasud memiliki ciri menjilat ketika sedang berhadapan dan mengumpat saat berada di belakang. Orang yang dihinggapi penyakit hati ini selalu diliputi rasa susah kala menyaksikan orang lain gembira; dan sebaliknya, merasa gembira kala orang lain sedang susah. Selain menyiksa batin sendiri, hasud juga menggerogoti amal kebaikan. إيَّاكم والحسدَ، فإنَّ الحسدَ يأكلُ الحسناتِ كما تأكلُ النَّارُ الحطبَ Artinya Jauhilah hasud karena sesungguhnya hasud menggerogoti kebaikan-kebaikan sebagaimana api menggerogoti kayu bakar. HR Abu Dawud Hadirin Rahimakumullah Biang kesalahan yang ketiga adalah al-hirsu atau tamak. Yang dimaksud dalam hal ini adalah serakah terhadap kehidupan duniawi. Sebagaimana yang diberikan kepada iblis dan binatang, Allah juga menganugerahi kita keinginan-keinginan. Hanya saja Allah memberikah kita batasan-batasan sehingga keinginan tersebut tersalurkan secara manusiawi dan sewajarnya. Tamak tak kalah membahayakannya dari takabur dan hasud. Orang yang dijangkiti sifat serakah biasanya tak peduli dengan kondisi di sekelilingnya, bahkan kadang kondisinya sendiri. Kesilapan dengan keuntungan materi yang besar bisa membuat sebuah perusahaan tambang terus mengeruk kekayaan bumi meski berakibat buruk bagi keseimbangan alam dan kehidupan warga sekitar. Seorang politisi rela melakukan risywah suap dan fitnah karena serakah terhadap jabatan. Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia Ketiga sifat itulah yang disebut ummahatul khathâyâ atau biang kesalahan. Dikatakan “biang” karena ketiganya menjadi faktor utama dan pemicu munculnya dosa-dosa lain. Khatib mengajak diri sendiri juga kepada hadirin sekalian untuk senantiasa mengevaluasi diri, seberapa jauh kita dihinggapi ketiga penyakit hati tersebut. Dan mari kita perbaiki selagi kesadaran masih bersemayam di dalam hati. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ Artinya Setiap anak Adam manusia berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat. HR At-Tirmidzi Demikian khutbah singkat yang bisa disampaikan sebagai pengingat diri dan jamaah Jumat agar senantiasa berupaya mengindari dari biangnya keburukan. Percayalah, dengan menghindari tiga sifat tersebut, maka kita akan selamat di dunia apalagi kelak di akhirat. Amin ya rabbal alamin. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ Dariempat dalil tersebut kita tambahkan lagi dua dalil dari surat Yasin yang menunjukkan adanya hari berbangkit. Kelima: Manusia diciptakan dari mani yang hina (yang keluar dari tempat najis) hingga ia tumbuh besar. Seperti ini mau mengingkari dan mendustakan Allah yang Mahamampu untuk membangkitkannya. Makanya Allah Ta'ala berfirman, Oleh Irbadh Kendari Pra-Tahfizh Saudaraku yang semoga Allah rahmati, kita adalah manusia biasa yang banyak kekurangan dan banyak melakukan dosa. Sebagaimana dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Semua anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi Masih ada yang cinta kepada kita Sungguh susahnya kita untuk berubah, tetapi ada orang tua dan ustadz yang senantiasa menginginkan kebaikan untuk kita. Mereka mendukung kita untuk tetap berusaha tetap belajar dan berubah. Mereka adalah orang-orang yang mencintai kita. Terkadang kita menangis karena dimarahi, namun bukan air mata yang kita sesalkan, tapi apakah kita bisa mengambil pelajaran dari semua itu. Sehingga menjadi koreksi diri kita yang suka berbuat salah dan keliru. Jangan lupa berdoa Kita harus berubah dan banyak meminta tolong kepada Allah. Karena Allah Yang Maha Mampu merubah hati kita. Kita banyak bersyukur kepada Allah, kemudian kepada orang tua dan asatidzah yang banyak memberikan berbagai kebaikannya. Kami ucapkan jazakumullahu khairan mudah-mudahan Allah memberikan kebaikan kepada kalian yang teah peduli kepada kami. Mudah-mudahan Allah memberikan kami dan kalian hidayah dan taufik-Nya, Semoga Allah senantiasa kokohkan kami dan kalian di atas kebenaran dan dilindungi dari berbagai kejelekan. Amin Sebuahpepatah mengatakan : "Manusia adalah tempat salah dan lupa". Maka kami akhiri sekapur sirih ini dengan permohonan ma'af yang tiada tara. P robolinggo, 16 April 2016. Dalam ilmu Ushul Fiqih kita akan banyak diperkenalkan pada pembahasan tentang berbagai macam dalil hukum atau metode ijtihad para ulama dalam mengambil keputusan
Sebagai manusia biasa, kita tentunya pernah mengalami lupa. Lupa adalah hal yang fitrah pada manusia, bahkan Allah juga telah menyebut hal ini dalam عَهِدْنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِىَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُۥ عَزْمًاArtinya “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” Thaahaa 115.Maka dari itu, lupa tidak menjadi sebuah dosa karena memang merupakan sifat yang melekat pada manusia. Sebagaimana firman Allah“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah”. QSAl-Baqarah 286.Tapi akan menjadi berbeda, jika lupa menjadi sebuah kebiasaan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Ada banyak penyebab lupa dalam Islam, dan kali ini kita akan membahasnya satu Kurangnya keimananSebagaimana telah kita ketahui, sholat fardhu maupun sholat sunnat akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan fisik dan mental, dan salah satunya adalah meningkatkan kinerja manfaat posisi sujud saat hamil, gerakan sholat ini akan membatu mengalirkan darah ke bagian otak yang tidak pernah bisa dialiri darah kecuali dengan sujud sehingga otak lebih optimal dalam bekerja. Itu sebabnya, orang yang jarang sholat akan lebih sering firman Allah SWT“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau meminta, dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatangannya. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu kekal di surga lagi dimuliakan.” 19-35.2. Kurang istirahatTubuh yang digunakan untuk beraktivitas sehari-hari tentunya membutuhk istirahat yang cukup agar bisa digunakan kembali dengan baik, begitu pula dengan otak. Tidur yang kurang atau tidak berkualitas akan menyebabkan seseorang mudah lupa, begitu pula dengan orang yang sering DepresiJiwa tenang dalam Islam sangat diperlukan untuk keoptimalan dalam bekerja. Namun jika terdapat tekanan, maka seseorang akan menjadi mudah lupa. Depresi dapat menyebabkan penurunan daya ingat dan fungsi kognitif dari berbagai cara menghilangkan stres dalam Islam agar otak dapat mengingat berbagai hal dengan mudah MendengkurMendengkur menyebabkan timbulnya beberapa maslaah kesehatan, dan salah satunya adalah mudah lupa. Hal ini terjadi karena pada saat kita tidur dan mendengkur, saluran napas akan tersumbat dan memotong oksigen yang masuk dan karbon dioksida yang keluar sehingga sel-sel pada otak menjadi kekurangan suplai oksigen dan menurunkan daya ingat. Tidur dalam Islam yang baik adalah dengan mengikuti cara tidur Kurang bersyukurSifat kurang bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT juga dapat menyebabkan mudah lupa, sebagaimana firman Allah SWTوَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُۥ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُۥ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِىَ مَا كَانَ يَدْعُوٓا۟ إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا ۖ إِنَّكَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلنَّارِArtinya “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa kepada Allah untuk menghilangkannya sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Katakanlah “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”. Az Zumar 8Maka dari itu, perbanyaklah bersyukur dengan cara bersyukur menurut Islam, bahkan dalam setiap helaan nafas. Karena ada banyak keutamaan bersyukur dalam Kurang dzikirAda banyak keutamaan berdzikir, dan salah satunya adalah membuat otak seseorang menjadi lebih kuat dalam mengingat sesuatu. Hal ini karena adanya pengulangan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang sehingga sel-sel saraf otak lebih aktif. Anda bisa mencoba zikir harian Nabi Muhammad SAW setiap ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًاArtinya “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Al Ahzaab 417. Bangga dengan amalSeseorang yang merasa bangga dan cukup banyak memiliki amal jariyah akan mudah lupa. Ia tidak lagi mengingat dosa-dosanya yang telah ia perbuat. Riya dalam Islam atau sifat sombong dalam Islam dengan amalannya akan membuatnya bin Abdullah al-Muzani rahimahullah mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang sibuk dengan aib orang lain dan lupa dengan aib dirinya sendiri, maka ketauhilah ia adalah orang yang tertipu”.Baca jugatata cara mandi wajibcara mandi dalam islampenyebab babi diharamkan dalam islam8. Efek obat-obatanKecanggihan teknologi saat ini menghasilkan berbagai produk instan, seperti suplemen multivitamin. Namun sebenarnya hal ini tidka baik untuk kesehatan otak dalam jangka panjang karena terdapat beberapa bahan kimia yang akan menyebabkan seseorang menjadi mudah lupa, misalnya obat antidepresan yang memaksa sel otak saraf menjadi lebih rileks dan melupakan Minum minuman kerasMinuman keras dalam Islam adalah minuman yang diharamkan, sama seperti makanan haram dalam Islam. Larangan minuman keras dalam Islam dikeluarkan karena dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf otak sehingga menyebabkan penurunan daya ingat dan kinerja otak Banyak mengerjakan maksiatImam Syafi’i pernah berkata,“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ guru tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” I’anatuth Tholibin, 2 190. Mengerjakan dosa besar dalam Islam akan membuat seseorang menjadi mudah lupa dan MerokokKebiasaan buruk lainnya yang menjadi penyebab lupa adalah merokok. Hukum merokok dalam Islam adalah dilarang karena tidak ada manfaat yang didapat sama sekali, hanya menyebabkan kerusakan pada tubuh. Begitu pula dengan otak yang menjadi kekuranagn pasokan oksigen sehingga menurunkan daya PenyakitBeberapa penyakit dapat menyebabkan daya ingat yang menurun, seperti stroke, diabetes, Alzheimer, Parkinson, atau Usia lanjutUsia yang sudah lanjut akan menurunkan berbagai fungsi tubuh, termasuk otak sehingga menyebabkan penurunan fungsi daya ingat. Bahkan beberapa lansia yang mengidap beberapa penyakit juga kaan semakin menambah penjelasan terkait apa saja penyebab lupa dalam islam beserta dalil-dalilnya.
6 Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah. (HR. Bukhari) 7. Kepuasan (rela dengan bagiannya) adalah pusaka yang tidak bisa hilang. (HR. Al-Baihaqi) 8. Barangsiapa zuhud di dunia maka ringan baginya segala
Source sebagai agama yang sempurna memberikan banyak petunjuk dalam kehidupan manusia, termasuk dalam hal berakhlak dan berperilaku. Salah satu yang menjadi perhatian dalam Islam adalah tentang manusia yang sering melakukan kesalahan dan lupa. Hal ini dianggap sebagai masalah serius karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, banyak hadits yang berkaitan dengan hal ini yang bisa menjadi pedoman bagi umat Islam untuk selalu meningkatkan kualitas diri dalam Kesalahan dan Lupa dalam IslamMeskipun kesalahan dan lupa memiliki definisi yang jelas dalam bahasa Indonesia, namun dalam konteks Islam, kedua kata tersebut memiliki makna yang lebih dalam. Kesalahan dalam Islam adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum Allah, sedangkan lupa adalah keadaan dimana seseorang tidak ingat terhadap sesuatu yang telah diketahuinya sebelumnya. Dalam hal ini, kesalahan dan lupa memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia, karena dapat membawa akibat yang buruk, baik di dunia maupun di hadits tentang manusia yang sering salah dan lupa yang dapat dijadikan pedoman umat Islam adalah sebagai berikutNoHaditsArti1“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia mengganggu tetangganya.”Hadits ini menjelaskan tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita dan dapat membantu atau membahayakan kita dalam kehidupan akulah orang yang paling bertakwa di antara kamu dan tidak pula seorang yang paling tahu tentang Allah, namun aku adalah orang yang paling banyak takut kepada-Nya.”Hadits ini mengajarkan tentang pentingnya memiliki rasa takut kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, baik dalam beribadah maupun dalam berperilaku yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.”Hadits ini menegaskan tentang pentingnya menjaga kehormatan dan martabat orang lain, karena hal itu akan memengaruhi kehormatan dan martabat diri sendiri di hadapan Allah yang menunjukkan satu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.”Hadits ini mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik kepada orang lain, karena hal itu akan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang di atas mengajarkan tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting dalam Islam, seperti menjaga hubungan baik dengan tetangga, memiliki rasa takut kepada Allah, menjaga kehormatan dan martabat orang lain, dan berbuat baik kepada orang lain. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan dapat menghindari kesalahan dan lupa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang Menghindari Kesalahan dan Lupa dalam IslamAda beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kesalahan dan lupa dalam kehidupan sehari-hari, antara lain1. Meningkatkan Iman dan TaqwaMeningkatkan iman dan taqwa adalah hal yang sangat penting dalam Islam, karena akan membuat kita lebih sadar dan lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu. Dengan memiliki rasa takut kepada Allah, kita akan sangat berhati-hati dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menghindari kesalahan dan Menjaga Hati dan Pikiran Tetap BersihHati dan pikiran yang kotor dan tidak bersih dapat membuat seseorang lebih rentan melakukan kesalahan dan lupa. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu menjaga hati dan pikiran tetap bersih dari segala macam yang dapat merusak hati dan Belajar dari PengalamanPengalaman merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan belajar dari pengalaman, kita akan dapat menghindari kesalahan dan lupa yang sama di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu mempelajari dan mengambil pelajaran dari pengalaman Selalu Berdoa dan Berserah Diri kepada AllahDoa merupakan senjata yang ampuh dalam menghadapi segala rintangan dalam hidup. Dengan selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah, kita akan selalu merasa tenang dan terlindungi dari segala macam bahaya dan kesalahan yang dapat merugikan sebagai agama yang sempurna memberikan banyak pedoman bagi umatnya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal menghindari kesalahan dan lupa. Dengan mengamalkan nilai-nilai Islam, seperti menjaga hubungan baik dengan tetangga, memiliki rasa takut kepada Allah, menjaga kehormatan dan martabat orang lain, dan berbuat baik kepada orang lain, kita akan dapat menghindari kesalahan dan lupa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, sangat penting untuk selalu mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang video of Hadits Mengenai Manusia yang Sering Salah dan Lupa Jenisbinatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syarat wajib zakat atas pemilik binatang tersebut adalah sebagai berikut. a. Islam. Orang non-Islam, walaupun mempunyai bbinatang tersebut ia tidak wajib berzakat. b. Merdeka. c. Milik yang sempurna.
Semua diantara kita tentu mempunyai kesalahan. Karena setiap manusia tentu pernah berbuat suatu kekhilafan ataupun dosa, sekecil apapun itu. Tidak ada seorang manusiapun yang terbebas dan luput dari dosa. Allah SWT disamping menciptakan manusia dengan kesempurnaannya, juga menciptakan kelemahannya وخلق الانسان ضعيفا Dengan kelemahan kelemahan yang dimiliki manusia itu, tentu sangat berpotensi melakukan kesalahan kesalahan. Orang yang baik kata Rasul bukan orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tapi orang yang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahannya, lalu menyesali, lantas memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seraya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa الانسان محل الخطاء Maka pantas predikat itu selalu melekat pada diri manusia. Seorang ahli etimologi bahasa mengatakan bahwa terbentuknya kata manusia dalam bahasa indonesia, erat hubungannya dengan “qaidah lughatil Arobiyyah” ما berarti sesuatu, hal, perkara, apa – apa. Sedangkan نسيان berarti lupa. Ketika manusia berbuat salah maka sesungguhnya ia telah berjalan kearah yang salah dan manjauhi jalan yang telah ditentukan. Nah untuk bisa berjalan lagi di jalur yang benar maka ia harus “kembali”, itulah taubat. Kalau kita mau pergi ke Jakarta tapi berjalan ke arah Surabaya, maka satu satunya jalan yaitu kita berbalik arah kembali. كل يني ادم خطاء وخيرالخطائين التوابون “Setiap Bani Adam itu bersalah,dan sebaik-baik orang yg bersalah yaitu bertaubat. Allah sangat mencintai orang-orang yang kembali/bertaubat ini. Ketika seseorang diberi umur yang panjang oleh Allah, hakikatnya Allah sayang kepada orang itu. Karena Dia memberi kesempatan jika ia berbuat dosa untuk bertaubat. Maka tidak usah heran kalau ada orang yang kita anggap banyak dosa dan maksiat yang ia lakukan, tapi umurnya justru panjang. Itulah bentuk kasih sayang Allah SWT. والله يحب التوابين ويحبب المتطهرين “Dan Allah mencintai orang orang yang bertaubat,dan orang-orang yang mensucikan dirinya” Suatu dosa dan kemaksiatan apabila dilakukan berulang-ulang akan mengikis habis keimanan. Sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa keimanan akan terlepas ketika seseorang berbuat dosa atau kemungkaran. Sebagai contoh, seseorang yang membunuh untuk pertama kalinya, akan merasa tidak nyaman, tak tentram hidupnya dan senantiasa dihantui oleh rasa bersalah serta ketakutan yang luar biasa ketika melakukan pembunuhan pertama kali. Lalu ketika dia membunuh untuk kali yang kedua, maka lambat laun rasa itu akan sedikit demi sedikit menghilang. Dan manakala ia melakukan pembunuhan yang ketiga, empat dan seterusnya, maka ia akan ia akan merasa terbiasa dan seakan “enjoy” dalam melakukannya. Itulah dosa, yang apabila kita terus lakukan tanpa upaya kita untuk pertaubatan, maka kita tidak pernah merasa bahwa itu adalah suatu kesalahan, tanpa penyesalan sedikitpun. Beruntunglah orang yang selalu menjaga kesucian dirinya dengan senantiasa memperbaharui keimanannya dengan beristighfar dan bertaubat dari dosa dan kesalahannya. Rasul SAW bersabda علمة سقاوة اربعة نسيان الذنوب الماضية وهي عندالله المحفوظة وذكرالحسناةالماضية ولايدرى اقبلت ام رد توالنظر الى من فوقه فى الد نيا والى من دونه فى الدين “Ciri-ciri kecelakaan kerugian itu ada empat Melupakan dosa-dosa yang telah lalu, padahal ia masih tersimpan disisi Allah belum pernah ditaubati, Menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukan, padahal ia tidak tahu apakah amalan kebaikannya itu diterima atau ditolak, Melihat kepada yang lebih unggul tinggi/sukses dalam hal dunia,dan melihat kepada orang yang lebih rendah dalam urusan Agamanya akhiratnya”. Al Hadits والله اعلم بالصواب
Danberikut ini adalah kutipan salah satu hadis tentang puasa Asyura dari Shahih Bukhari nomor 1865 yang menjadi dasar diberlakukannya puasa Asyura: Kami katakan dengan menggunakan kemungkinan merupakan satu bentuk ilmiah dalam menanggapi satu dalil dengan tanpa gegabah dan mencermatinya secara seksama sehingga tidak ada satupun dari 💢💢💢💢💢💢 📨 PERTANYAAN Assalamu’ ada ketersngan bahwa manusia adalah tempat kesalahan dan lupa. Apakah ini hadits atau keterangan ulama?Jazaakallaah khair. 0416523xxxx 📬 JAWABAN 🍃🍃🍃🍃🍃🍃 Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh … Bunyinya Al Insaan mahalul Khatha’ wan Nisyaan – Manusia tempatnya salah dan lupa. Ini adalah pepatah dan bukan hadits. Tetapi, ada hadits yg mirip dgn itu, yaitu َ كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. HR. At Tirmidzi no. 2499, Hasan Demikian. Wallahu a’lam 🌷🌴🌱🌾🌵🌸🍃🍄 ✍ Farid Nu’man Hasan .
  • 6nh4axjukd.pages.dev/284
  • 6nh4axjukd.pages.dev/375
  • 6nh4axjukd.pages.dev/861
  • 6nh4axjukd.pages.dev/415
  • 6nh4axjukd.pages.dev/998
  • 6nh4axjukd.pages.dev/428
  • 6nh4axjukd.pages.dev/662
  • 6nh4axjukd.pages.dev/796
  • 6nh4axjukd.pages.dev/829
  • 6nh4axjukd.pages.dev/959
  • 6nh4axjukd.pages.dev/246
  • 6nh4axjukd.pages.dev/860
  • 6nh4axjukd.pages.dev/987
  • 6nh4axjukd.pages.dev/705
  • 6nh4axjukd.pages.dev/438
  • dalil tentang manusia tempat salah dan lupa